Penulis: Moh Syahri
Atorcator.Com - Tidak lebih judul di atas hanya sekadar perumpamaan dan penegas bahwa berapa banyak orang yang masih sibuk dengan mengejar kesalehan individual tapi abai dengan persoalan sosial. Harus kita akui kebobrokan moral, merosotnya ekonomi, banyak disebabkan oleh ambisinya umat dengan ibadah individual tapi acuh tak acuh dengan keamburadulan tatanan sosial yang menggunung di depan matanya.
Iya, memang benar apa adanya. Dan ini patut kita renungkan oleh umat beragama. Kesalehan personal seringkali membuat kita tertipu, merasa aman, seolah-olah ibadahnya akan menjamin keselamatan dirinya kelak di alam baka. Sementara di luar sana banyak penderitaan yang kurang mendapatkan perhatian dan bantuan.
Spirit agama boleh-boleh saja menggelora tapi ingat, kebaikan dan ketakwaan sosial jelas dibangun di atas agama sebagaimana dikatakan oleh Muhammad Abduh. Maka tidak heran jika Gus Dur mengatakan bahwa"agama itu tidak penting kalau kamu bisa berbuat baik kepada semua orang, tidak akan bertanya apa agamamu".
Baca juga: Pemancing Ikan, Melatih Kesabaran dari Pancingan Emosi
Sadar atau tidak, kita memang terlalu sibuk mengemas diri untuk bisa tampil menawan di hadapan tuhan. Bahkan jika saya kembalikan ke judul di atas, seberapa banyak orang haji berkali-kali, umroh berkali-kali, bolak-balik dan mondar-mandir naik pesawat mewah berkali-kali, sementara orang sekitarnya menderita, kesulitan ekonomi, hidup penuh dengan hutang, biaya rumah sakit, butuh berobat, dan butuh biaya pendidikan.
Bukankah sudah jelas bahwa Nabi Muhammad pernah Bersabda yang diriwayatkan oleh imam Muslim: Tuhan (Allah SWT) itu ada dan dapat ditemui di sisi orang sakit, orang kelaparan, orang kehausan, dan orang menderita.”
Dalam kaidah fiqih pun dinyatakan secara jelas dan tegas: “al-muta'addiyah afdhal min al-qashirah” (ibadah sosial jauh lebih utama daripada ibadah individual).
Saya sangat bersyukur dengan kehadiran FNKSDA (Forum Nahdliyyin Kedaulatan Sumber Daya Alam) kehadiran forum ini memang didedikasikan untuk membela kaum lemah dan tertindas serta melawan keserakahan dan keangkaramurkaan.
Maka seyogyanya kita turut andil dalam membela dan melindungi kaum lemah dari kanker penderitaan, dan kemiskinan. Tidak hanya soal materi tapi lebih kepada memberikan alternatif dan solusi.
Sumber Foto: Rmol