Foto: octopusinkpres.com |
Dan ini terjadi bukan hanya satu atau dua kali saja bahkan mulai saat saya menulis 2016 lalu sudah sering dihantui semacam ini. Keinginan menulis sangat besar. Saya Selalu membayangkan bagaimana jika tulisan saya bisa dibukukan dan terkenal seperti Abuddin Nata, Azzumardy Azra, Komarudin Hidayat dan lain-lain. Ini yang selalu jadi impian saya sampai saat ini. Yah...... cita-cita boleh lah setinggi langit.
Saya hanya bisa meyakini diri sendiri saja, bahwa menulis tidak harus memiliki gagasan-gagasan, ide-ide dan pendapat yang cemerlang, bagus dan menarik sama seperti Abuddin Nata, Azzumardy Azra, dan Komarudin Hidayat. Rasanya mustahil, sebab pikiran manusia tidak mungkin sama, dan pada kenyataannya memang beda. Saya menulis setiap hari ini bukan karena saya bisa. Tapi karena saya yakin bahwa jika ide-ide saya ini tidak dituangkan dalam bentuk tulisan, maka bisa dipastikan besok akan hilang tak berberkas. Sedangkan di luar sana sudah banyak yang menunggu ide-ide saya. Dan saya yakin bahwa tulisan saya akan bermanfaat bagi orang banyak dan akan terus dimanfaatkan.
Saya kadang juga merasa takut tulisan saya bakal di kritik banyak orang di bilang tulisan gak bermutu lah, gak berkualitas lah, dan lain-lain. Tapi semua itu saya buang jauh-jauh dan saya tidak pernah membiarkan perasaan itu datang lagi. Sehingga saya terus menulis apa saja yang terlintas di benak saya yang sekiranya bermanfaat kepada orang lain.
Dan yang sering menjadi masalah saya dalam menulis adalah bagaimana cara memulai menulis ini. Sedangkan ide sudah ada dibenak ini, rasanya pena ini tidak bisa dijalankan dan tidak bisa bergerak. Mengeluarkannya pun susah apalagi meneruskannya. Ini yang menjadi persoalan saya kadang dalam suatu waktu. Tapi seiring dengan adanya komitmen bahwa saya harus menulis tiap hari bahkan tanpa jeda sekalipun, maka dari itu saya seakan-akan dituntut untuk berpikir keras bahwa tiap hari harus mencari ide bagaimanapun caranya. Tak peduli ide saya bisa diterima orang dan bisa dibaca orang.
Percaya diri adalah kunci saya dalam menulis. Percaya bahwa tulisan saya ini adalah satu-satunya tulisan yang ada di dunia ini, orang tidak punya tulisan yang seperti punya saya. ini modal utama saya dalam menulis, bahkan bisa dibilang tidak ada modal lain selain percaya diri. Walupun pada kenyataannya tulisan saya kadang juga menuai banyak kritikan bahkan Bullyan yang pasif pun berdatangan. Tapi dengan kritikan dan bullyan itu tidak pernah menyurutkan semangat saya dalam menulis.
Perasaan bebas dan berani hal paling penting untuk menulis. Tidak perlu ada yang ditakuti sebab seseorang berawal dari tidak tau menjadi tau, dari takut menjadi berani. Itulah kenapa saya terus menulis dan menulis. Saya tidak pernah takut dikritik jika memang ada kesalahan, kelemahan dan kekurangan dalam tulisan saya. Saya mungkin orang paling berani untuk diperbaiki dan dikritik.
Sekedar berbagi informasi, bahwa dalam setiap kali saya menulis yang paling saya tunggu adalah komentar, kritik dan saran dari orang-orang yang menemukan kesalahan dalam penulisan saya. Kegiatan menulis yang hasilnya banyak kekurangan dan kelemahannya itu, manakala dilakukan terus menerus dan Istiqomah maka akan menjadi kebiasaan. Dan pada akhirnya akan menjadi mahir atau penulis yang baik dan produktif. Keterampilan menulis hanya bisa di tumbuhkan dengan kebiasaan menulis. Memang pada fase awalnya memang berat, apalagi untuk Istiqomah. Sebenarnya apa saja yang terkait dengan keterampilan tak terkecuali kegiatan menulis kuncinya tergantung pada kebiasaan itu.
Santri Mahasiswa Al-hikam Malang