Beberapa hari yang lalu saya pernah membaca di instagram bahwa ada seseorang yang merasa senang dan gembira melihat mantannya memiliki kekasih yang jelek. Terserah anda mau menilai orang itu kurang ajar atau apa kek ya terserah, yang jelas saya ini bicara fakta. Bahwa ternyata masih ada orang yang mengharapkan mantannya itu sial. Ini salah satu hal yang perlu kita waspadai dan tidak perlu terjadi.
Memang merupakan sesuatu yang delimatis ketika harus bahas mantan, jarang seseorang berpikir objektif mengenai permasalahan yang menimpa mereka berdua. Si cowok kadang memojokkan ceweknya, begitu juga si cewek. Saling menyalahkan itu hal yang biasa namun tidak perlu dijadikan kebiasaan yang berlanjut.
Mantan yang baik itu menjalani kehidupan tidak dengan permusuhan, tidak dengan rasa dendam apalagi mendoakan yang jelek-jelek. Mendoakan jelek seseorang itu tidak baik. Begitu juga berharap mantan kita celaka dan sial. Boleh kecewa tapi ingat usahakan hanya sebatas kecewa saja, jangan sampai kekecewaan itu mengundang perseteruan dan perpecahan. Berapa banyak orang bermusuhan karena timbul dari masalah putusnya pacaran.
Putus cinta itu hal biasa. Tapi ingat, putus silaturahmi tidak boleh terjadi. Kita harus buang stigma bahwa putus cinta itu mengakibatkan terjadinya proses perseteruan. Jika kita enggan membuang stigma itu, tak seharusnya pacaran itu dilakukan. Mendingan jangan coba-coba pacaran, lebih baik menjomblo saja. Menjomblo itu meningkatkan produktivitas kerja dan kreativitas. Lah iya gak percaya....coba aja....kamu tidak akan kuat biar aku sajalah (dilan 1991) Hahahahahah.
Rasa galau cenderung jadi problematika kehidupan seseorang dalam menjalani asmaranya. Tak terkecuali diputus pacar dan tidak bisa move on dari mantan. Pernah kah kita merasa iri ketika melihat mantan lebih dulu bergandengan tangan dengan orang lain? Yah.......saya tau kok, gak mungkin sifat iri akan ditampak-tampakkan, paling bisanya nangis, murung, yang lebih parah gak mau keluar-keluar dari rumah.
Sikap respek terhadap mantan, rasanya perlu jadi pelajaran tak terkecuali dengan pujaan hatinya mantan itu sendiri. Biar hidup ini tetap ada relasi yang baik. Jangan sampai ada mantan rasa musuh.
Pernah pada suatu hari saya mendapatkan suatu curhatan seorang laki-laki paruh baya yang menjalani kisah asmaranya dengan seseorang yang cukup jauh dimata namun dekat di hati. Anggap gampangnya Madura vs Jawa lah..... Walupun sebenarnya bukan, heheheh biar imajinasinya gampang ditangkap. Begini, ia sudah lama menjalani kisah asmaranya dengan seseorang itu, bahkan tak ada seorang pun yang tidak tau dengan hubungan mereka berdua. Dalam menjalani hubungan itu, mereka berdua hanya bisa menyapa lewat media sosial yang mereka miliki, namanya juga jauh jaraknya. Tapi sebelumnya sudah ketemu untuk memastikan kemantapan hubungannya mereka berdua.
Cukup lama bercinta dengan pasangan itu, tiba-tiba si cewek gak ada kabar, semua media sosial yang biasa dijadikan instrumen dalam menjalani hubungan itu sudah di blok semua. Sepertinya sebelum-sebelumnya gak ada masalah apa-apa. Sudah tidak ada cara lain menghubungi kekasihnya itu, akhirnya si cowok membiarkan begitu saja, seakan-akan tidak peduli dengan apa yang terjadi ini.
Sudah tau kan, seperti apa cowok itu. Boleh lah anda menilai cowok itu apatis, tapi ingat cowok itu tidak seharusnya dilihat dari sisi negatifnya saja, sepertinya cowok itu juga ingin menunjukkan sikap respek terhadap perlakuan cewek itu. Dia tidak mau ngotot dan memaksa ceweknya mencintai dia, toh ini tidak sepenuhnya soal rasa tapi soal selera juga. Jadi dia gak perlu mati-matian mengejarnya, apalagi harus mengorbankan nyawa, ihhhh ngeriii, jihad kale ya.... Hehehehe.
Pertemanan yang masih tetap ada dengan temannya si cowok itu termasuk di media sosial, membuka rahasia dibalik hilangnya si cewek itu. Melihat postingan si cewek itu di media sosial membuat si teman cowok itu tau bahwa dibalik hilangnya si cewek itu ternyata ia kawin dengan seseorang. Akhirnya si teman itu lapor ke mantan si cewek itu dengan mengirimkan foto screenshot yang di-posting oleh si cewek dengan suami di pelaminan, yah....cowok itu sikapnya biasa-biasa saja tanpa ada rasa dendam dan marah sedikitpun dari raut wajah yang ia tampakkan. Gak tau hatinya,,,,,tapi setahu saya melihat dan mengacu pada pribahasa bahwa" Adzdzohiru yadullu alal bathin" bahwa lahiriyah yang nampak ceria menunjukkan sikap bathiniyahnya. Memang ekspresi itu merupakan manifestasi dari isi hati. Jadi sudah jelas kan seperti apa sikap cowok itu.
Satu tahun kemudian tanpa disangka-sangka akhirnya pemblokiran itu nampaknya sudah dibuka dengan masuknya pesan si cewek kepada bekas cowoknya itu. Namanya juga cowok yang tetap mengutamakan persaudaraan, ia tetap merespon dengan baik, menanggapi dengan penuh keakraban, tanpa menunjukkan sikap curiga. Walaupun pada akhirnya, si cewek itu mengaku dan jujur terhadap sikap yang ia lakukan pada tahun yang lalu. Pengakuan yang ia lakukan bukan berangkat dari kesadaran yang ia lakukan. Tetapi karena hubungan rumah tangganya yang sudah bercerai berai dan sampai pada puncak perceraian yang serius. Seakan-akan mantan cowoknya dijadikan pelampiasan. Kita buktikan bahwa ada mantan rasa sahabat.
Seperti itulah kira-kira yang perlu kita tunjukkan terhadap mantan, sikap respek dan rasa berteman tetap dijadikan prioritas utama. tak terkecuali mantan itu cowok ataupun cewek. Sebab ketika kita sudah menunjukkan kerespekan maka selambat-lambatnya kita akan merasakan manfaatnya. Baik itu sebuah pelajaran ataupun sebuah peringatan.
Santri Mahasiswa Al-Hikam Malang