Menjaga perasaan sepertinya merupakan hal yang sepele, namun jika hal ini sering dijadikan kebiasaan dan dianggap sesuatu yang tidak berbahaya. Maka berpotensi akan terpecahnya sebuah hubungan, persaudaraan , pertemanan dan putusnya silaturahmi. Bahkan enggan menjalin komunikasi yang baik diantara mereka. Ketika ini tetap dibiarkan tanpa ada koreksi dan terus menerus dilakukan maka secara tidak langsung kita sudah mengabaikan sifat kemanusiaan. Padahal sifat kemanusiaan di dunia ini ketika diterapkan dengan baik akan melebihi sifat-sifat yang lain.
Oleh karena itu menjaga perasaan menjadi sangat penting. Perasaan tidak boleh disinggung dan apalagi dilukai. Menyembuhkan rasa sakit di hati, kadangkala memerlukan waktu yang lebih lama daripada menyembuhkan rasa sakit pada anggota tubuh. Seseorang terkenak pukul, apalagi tanpa sengaja, bisa disembuhkan dalam beberapa waktu saja. Akan tetapi, seseorang yang sakit hati oleh sebab dihina, diolok-olok, dicerca dan apalagi disalah-salahkan, penyembuhannya akan memerlukan waktu yang lama. Dan yang paling banyak terjadi saat ini adalah bullyan masif terhadap seseorang. Bullyan juga berpotensi dapat menyakiti perasaan orang lain.
Bahkan sementara orang tua mengatakan bahwa hati atau perasaan itu bagaikan kaca, maka kaca itu jangan sampai pecah dan bahkan sekedar tergores. Kaca yang tergores dan apalagi pecah akan sulit dikembalikan seperti semula. Membuat utuh kaca yang sudah terbelah dan pecah, tidak akan mungkin bisa dilakukan. Demikian pula hati yang sudah terluka oleh teman, kerabat atau sesama, terasa sulit dipulihkan kembali. Seseorang yang pernah dilukai hatinya, maka tidak akan mudah mempercayai kembali orang yang melukainya itu.
Oleh karena itu, menjaga perasaan antar sesama menjadi sangat penting dilakukan. Bahkan sedemikian pentingnya, hingga tatkala memberi sesuatu pun, tidak terkecuali memberikan nasehat, harus dilakukan dengan cara hati-hati. Seseorang yang sebenarnya telah melakukan kesalahan, dan memang benar-benar salah, maka cara memberikan peringatan kepadanya harus dilakukan secara tepat. Sebab, jika peringatan itu diberikan dengan cara salah, maka akan mengakibatkan yang bersangklutan kecewa atau sakit hati.
Namun ternyata tidak jarang orang mengabaikan perasaan orang lain. Ketidak hati-hatian seperti itu sering terjadi di kalangan remaja, mahasiswa, dan santri sekalipun. Tidak jarang kita temukan hal semacam ini masih tetap dijadikan mainan seakan-akan akibatnya tidak terlalu berbahaya, padahal jika sudah perasaan yang dijadikan mainan maka dampaknya jelas akan sangat berbahaya seperti yang sudah penulis paparkan di atas.
Tak heran jika kondisi sosial kita rentan dengan perpecahan, perseteruan dan peperangan karena sikap menghargai dan menjaga perasaan sesama sering dilupakan. Apalagi didukung dengan adanya teknologi yang konektivitasnya cenderung lebih mudah mengungkapkan apa yang ada di dalam pikiran, lebih-lebih dalam mengungkapkan ujaran kebencian.
Membangun hubungan yang baik, utuh jauh lebih sulit dibanding merobohkannya. Sehingga ketika hubungan baik dirobohkan dengan hal yang sifatnya sederhana, maka akan sulit menjalin hubungan dengan baik seperti semula. Memang sulit sekali menjaga perasaan orang lain tidak semudah menjaga parkir yang hanya sekedar batas kesigapan. Menjaga perasaan jauh lebih sigap dan benar-benar paham apa hal yang memang membuat perasaan itu terluka. Tentu hal semacam ini butuh pengalaman dan pergaulan yang cukup lama.
Menjaga perasaan tidak lagi hanya sekedar menjaga persahabatan yang sudah dibangun bertahun-tahun. Lebih dari itu, hal semacam ini merupakan sebuah anjuran dalam Nash yang cakupannya lebih komprehensif dan membangun ketahanan hidup dari beberapa aspek.
Wallahu a'lam bisshowab