Indowarta.com |
Atorcator.Com - Hari raya Idhul Fitri, tinggal menghitung hari untuk sampai pada kemenangan. Hari dimana segala macam urusan yang berkaitan dengan puasa sudah selesai. Puasa ramadhan sudah mau meninggalkan kita, tentu kita bersedih. Berharap tahun depan bisa berjumpa lagi dengan suasana yang berbeda, penuh semangat dan lebih berkualitas. Namun tidak ada yang bisa menjamin tahun depan bisa berjumpa kembali dengan bulan ramadhan. Dan ini seharusnya yang menjadi evaluasi pertama dan yang utama dalam menjalani puasa tahun ini. Sehingga proses dalam meraih keberkahan dan nilai baik puasa akan bisa dicapai semaksimal mungkin.
Dalam menyambut hari raya Idhul Fitri, umat Islam tentu sangat gembira dan senang sekali, menyambut hari kemenangan, yang sebelumnya sudah menjalani ibadah puasa satu bulan penuh dengan perjuangan bukan dengan penderitaan, penuh dengan keikhlasan bukan dengan keserakahan, penuh dengan perdamaian bukan dengan perseteruan, penuh dengan persatuan bukan dengan pertikaian.
Sikap optimis harus terus menjadi landasan fundamental dalam menjalani rutinitas apapun. Puasa satu bulan mengajarkan kita untuk tidak bersikap pesimis, skeptis, malas-malasan dan ugal-ugalan. Umat Islam harus memiliki orientasi berkemajuan yang mampu melahirkan produk-produk unggulan dalam membentengi diri dari gerogotan paham-paham radikalisme dan kapitalisme.
Menjaga kesucian ramadhan tidak hanya pada waktu bulan itu saja, ramadhan seharusnya menjadi sarana perbaikan sistem hidup dibulan-bulan lainnya. Umat Islam diharapkan akan menempati barisan garda terdepan dalam menopang segala macam keresahan yang terus mengalir saat ini, seperti adanya fitnah, hoax, dan ujaran kebencian. Fenomena ini sangat riskan, lebih-lebih di era millenial ini. Ujaran kebencian, fitnah, hoax, terus mengalir tanpa mengenal waktu. Walaupun sudah banyak himbauan mengenai masalah tersebut, tapi tak semuanya bisa berhasil. Ini memang sesuatu yang perlu dijihadi sungguh-sungguh. Tidak bisa hanya sekedar di orasikan, tapi harus ditunjukkan dan diarahkan.
Mengahadapi tahun politik yang sangat pelik tahun ini, yang kian mencekam dan panas, sangat menentukan seberapa besar pengaruh kelulusan dalam berpuasa. Menahan diri dari segala jebakan provokasi. Mampu melawan segala macam penyakit jiwa yang nista seperti korupsi dan kleptomania, arogan, dan anarkis.
Jihad politik yang baik dan benar bukan mengatasnamakan agama, bukan main curang, culas dan lain-lain. Jika karena kekuasan, agama terus dijadikan alat politik maka jelas cara-cara seperti itu tidak pancasilais. Maka dalam hal itu ada upaya menentang ideologi bangsa kita yang berasaskan Pancasila.
Marhaban ya Idhul Fitri, kita harus yakin bahwa bangsa ini akan kuat dan solid. Karena sejatinya puasa itu menanamkan nilai-nilai kebaikan untuk bangsa. Menaruh perhatian besar terhadap bangsa. Seperti apa yang dikemukakan Mas Toni Arvianto seorang pemerhati sosial di Indonesia, Tantangan kita ke depan semakin berat dan ancamannya semakin lengkap. Jika tidak bersatu, maka masa depan kita dipertaruhkan. Contoh dan keteladanan ulama dan umaro tetap jadi patokan, walaupun diakui atau tidak bahwa semakin banyak ulama dan umaro yang tidak bisa dipercaya karena sering menzolimi umatnya. Degradasi dan moral hazard menyebar kemana mana, itulah pekerjaan rumah yang harus dituntaskan pasca kita berpuasa.
Wallahu a'lam bisshowab