Penulis: Moh Syahri
Sebelumnya pengajuan debat bahasa inggris yang ditantang oleh kubu prabowo membuat kubu jokowi kurang begitu greget untuk menanggapi. Sekarang undangan tes baca alquran oleh Ikatan Dai Aceh membuat kubu prabowo kurang greget juga untuk menanggapi apalagi untuk menghadiri. Ini penampakan demokrasi kita dalam kontestasi politik yang kerjaannya hanya saling menangkal isu-isu. Parah.
Sebelumnya pengajuan debat bahasa inggris yang ditantang oleh kubu prabowo membuat kubu jokowi kurang begitu greget untuk menanggapi. Sekarang undangan tes baca alquran oleh Ikatan Dai Aceh membuat kubu prabowo kurang greget juga untuk menanggapi apalagi untuk menghadiri. Ini penampakan demokrasi kita dalam kontestasi politik yang kerjaannya hanya saling menangkal isu-isu. Parah.
Kita ini mau
pilih presiden apa mau cari guru ngaji? Secara konstitusional tidak ada
persyaratan calon presiden harus bisa bisa baca Alquran. Dan ini bukan ajang
pencarian bakat guru ngaji, bukan juga musabaqoh tilawatil quran, ini hajatan
politik yang diselengkarakan oleh KPU yang berdasarkan undang-undang dan sesuai
dengan maqasid asy-syariah dalam agama islam. Tidak ada masalah.
Baca juga: Kekhilafan Pak Sandi Melangkahi Kuburan
Memang,
demokrasi kita semakin hari semakin tidak berkualitas. Akibat sibuk mencari isu
hingga tak lega rasanya kalau tidak bisa dibuktikan sekalipun isu itu murahan. Akibat
miskin ide dan gagasan maka senjata paling ampuh adalah mencari isu untuk
menjatuhkan lawan.
Undangan tes
baca Alquran yang direncanakan oleh Ikatan Dai Aceh (IDA) adalah upaya untuk
mengerus suara publik yang masih terus saling klaim keunggulannya. Ini bukan
lagi ide baru yang dikeluarkan oleh mereka, sebelumnya sudah pernah
direncanakan namun tidak terlaksana. Dan kali ini dimunculkan lagi.
Mungkin hal
semacam ini penting akan tetapi ada yang jauh lebih penting daripada sekedar duel-duel narasi ibadah yang sifatnya sebenarnya
berada di ruang privat. Maka betul apa yang
disampaikan Dr. Abdul Mu'ti Sekjen PP
Muhammadiyah, Tidak ada debat program, adu argumentasi terkait program
lima tahun ke depan. Yang ada itu hanya tangkis menangkis isu.
Baca juga: Bedanya Politisi dan Akademisi
Saya kira agama punya
kekuatan moral yang sangat tinggi untuk bagaimana berperan sebagai kekuatan
untuk mencegah korupsi itu dari sisi moralitas dan dari sisi teologi
masing-masing", Ungkap dia dalam acara Refleksi Akhir Tahun dan Proyeksi
Kerukunan Antar-Umat Beragama pada Tahun Politik di Hotel Grand Melia, Jakarta.
Iya betul,
akhir-akhir ini memang perdebatan persoalan agama yang saling meragukan lebih
mencuat daripada perdebatan programatik. Hingga cara jadi Imam shalat yang sama-sama dianggap tak bisa. Jokowi
berani dan nekat jadi Imam lalu dianggap pencitraan dan Prabowo dianggap tak
mampu bahkan diragukan tak hapal Al Patekah atau wudhunya saja tak urut.
Prabowo geram hingga menggebrak meja karena Islamnya diragukan. Jokowi baper
karena dibilang PKI.
Di balik
penolakan kubu prabowo atas undangan ini (tes baca alquran) yang nampak halus,
bijak, penuh sastra dan bahkan menuding petahana sudah terlalu kelewatan mempermainkan
agama (gak kebalik) saya yakin kubu pak jokowi yang paham dengan konstitusi
juga kurang begitu meminati dengan undangan semacam ini. Namun karena dirasa
ini sangat menguntungkan bagi kubu dia maka dengan tegas ia tidak menolak dan
siap untuk dites dengan alasan yang juga tidak kalah bijak.
Fix, kalian
sudah paham! Kedua-duanya sama-sama dobol
Wallahu a’lam
Sumber Foto:CNBC Indonesia
Baca juga: Atmosfer Politik Saat TGB Merapat Ke Jokowi