Salah satu bukti bahwa satu karya (baik fiksi maupun ilmiah)
sangat berdampak luar biasa bagi perubahan sosial adalah novel Uncle Tom's
Cabin atau Gubuk Paman Tom karya Harrit B. Stowe yang terbit di Amerika dan
Eropa pada tahun 1852. Buku inilah yang dianggap memantik pecahnya Perang Dunia
II, ya, perang dunia terjadi gara-gara buku, gara-gara tulisan!
Diceritakan awalnya Paman Tom, seorang budak kulit hitam dari
Lousiana yang dimiliki oleh keluarga Arthur Selby di Negara bagian Kentucky
yang lalu dijual kepada Augustine St. Claire dan akhirnya dilego kepada Simon
Legree. Keluarga inilah yang memperlakukan Tom dengan keji dan kejam, hingga
berujung pada kematian yang mengenaskan. Uncle Tom's Cabin ditulis dengan gaya
sentimental dan melodramatik khas abad 19, tentu saja mengaduk-aduk emosi
pembaca.
Saya penasaran dengan buku ini karena guru saya, almarhum KH MA Sahal
Mahfudh (1937-2014) Kajen,
menceritakannya dalam kajian Ramadhan sewaktu saya nyantri sebentar di
Pesantren Maslakul Huda (PMH) dan Matholi'ul Falah. Beliau membandingkan sistem
perbudakan (isti'bad) dari berbagai imperium despotik: Romawi, Persia, India
dan Arab pra Islam. Memang, Mbah Sahal adalah Kiai yang visioner dan sangat
luas wawasannya (bahrul ulum).
Baca juga: Jangan-jangan Sudah Tak Lagi Pancasila Kok Buku PKI Harus Dirazia
Segera setelah diterbitkan, novel ini menyebabkan kegemparan di
seluruh Amerika Serikat, dan mendapatkan hujan kritik dan demonstrasi dari
Amerika bagian Selatan. Pengaruh buku ini begitu besar sehingga ketika bertemu
dengan Harriet Beecher pada awal perang saudara Amerika, presiden Abraham
Lincoln berkata padanya, "Jadi, inilah nyonya kecil yang membuat perang
besar ini." Novel ini laris, terjual hingga lebih dari 1 juta kopi.
Satu lagi buku yang besar pengaruhnya bagi dunia pendidikan
internasional adalah Totto-Chan, buku anak-anak yang ditulis oleh Tetsuko
Kuroyanagi yang terbit pada 1981 dan menjadi bestseller di Jepang. Novel ini
membeberkan nilai pendidikan yang Kuroyanagi terima di Tomoe Gakuen, SD Negeri
di Tokyo yang didirikan oleh pendidik hebat bernama Sosaku Kobayashi selama
Perang Dunia II.
Alkisah, ibu dari Totto-chan mengetahui kabar bahwa putrinya
dikeluarkan dari Sekolah Negeri itu lantaran terlalu kritis dan banyak
bertanya. Ibu Totto-chan menyadari bahwa Totto-chan membutuhkan sekolah yang
tidak membatasi kebebasan berekspresi dan berkreasi. Sang Ibu lantas mengajak Totto-chan
untuk bertemu Kepala Sekolah di sekolah yang baru, pak Kobayashi. Betul, pak
Kobayashi dengan tekun mendengar keluhannya selama 4 jam, “Mulai besok, kamu
murid di sekolah ini, Nak!”
Buku ini menggambarkan peristiwa-peristiwa yang dialami Totto-chan
selama belajar, persinggungan dengan teman-teman kelasnya, pelajaran-pelajaran
yang dicernanya, serta atmosfer pendidikan yang mencerahkan dan memanusiakan
manusia. Buku ini lantas, ditutup dengan peristiwa di mana Tomoe Gakuen terkena
bom dari pesawat dan sekolah ini tidak pernah dibangun kembali. Peristiwa
inilah yang mengakhiri tahun-tahun Totto-chan sebagai murid di Tomoe Gakuen.
Buku yang sampai tahun 1980 ini terjual lebih dari 5 juta kopi ini telah
diterjemahkan ke puluhan bahasa dunia.
Nah, di zaman gila medsos, mabuk agama dan kesurupan politik
seperti sekarang ini, bahkan hoaks dan ujaran kebencianpun bisa menggerakkan
massa untuk memenangkan pemilu, Brazil adalah contoh baru-baru ini, serta
berbagai perang saudara di Timur Tengah dan kawasan Teluk satu dekade terakhir.
Apapun yang terjadi, perjuangan tertinggi manusia adalah
memenangkan akal sehatnya dari kesia-siaan pola pikir yang kerdil dan pola
sikap nan jumud. Tidak perlu bakat untuk bekerja keras, sebab semua kemenangan
berasal dari berani memulai. Ya, belajar sembari berjalan. Manakala anda
berhenti belajar, Anda berhenti memimpin, dan apabila Anda berhenti memimpin,
Anda berhenti manjadi manusia. Agar tetap waras, membaca dan mendiskusikan buku
harus dijadikan gaya hidup generasi milenial!
#venividisantri
Selengkapnya di sini
Penulis Ach Dhofir Zuhry adalah Ketua STF AL-FARABI dan
pengasuh Pesantren Luhur Baitul Hikmah Kepanjen-Malang. Buku terbarunya yang
banyak diburu para jomblo di musim hujan ini: KONDOM GERGAJI dan PERADABAN
SARUNG (Veni, Vidi, Santri)
Sumber Foto: FB Ach Dofir Zuhry