Atorcator.Com - Urusan mengarang puisi dan
membaca puisi memang masih di dominasi kubu Prabowo-Sandi. Kubu Jokowi-Ma'ruf sejauh ini
masih belum bisa membuat puisi sefenomenal kubu Prabowo-Sandi. Di akui atau
tidak Puisi Fadli Zon dan Neno sepanjang ini sangat gempar di media sosial bahkan tak jarang
menuai kritik pro dan kontra sejagad raya.
Di “Munajat 212” Neno Warisman membaca
puisi yang berisi doa atas kemenangan Prabowo-Sandi. Seperti yang dikatakan sebelumnya doa fenomenal itu akan menuai kritik
keras dari nitizen dan para ilmuan yang dianggap sudah berani mempolitasasi
doa.
Berikut doa lengkapnya yang
dibacakan Neno Warisman di “Munajat 212” yang dikutip dari Bincangsyariah.com:
Puisi Munajat 212
Puisi munajat kuhantarkan kepadamu wahai berjuta-juta hati yang
ada di sini. Engkau semua bersaudara dan kita bersaudara bersambung terekam
bergabung bagai kalung lentera semesta.
Sorot mata kalian bersinar, wahai saudara, mencabik-cabik
keraguan, meluluhlantahkan kesombongan, karena mata-mata kalian nan jernih,
mengabarkan pesan kemenangan yang dirindukan, Insya Allah, pasti datang.
Allahu Akbar
Kemenangan qalbu yang bersih, kemenangan akal sehat yang jernih,
kemenangan gerakan-gerakan yang berkiprah tanpa pamrih, dari dada ini telah
bulat tekad baja, kita adalah penolong-penolong agama Allah, jangan halangi,
jangan sanggah, jangan politisasi, sebab ini adalah hati nurani, dari
mulut-mulut kita telah terlantun shalawat, dzikir, dan doa bergulir, mengalir
searah puturan bintang-bintang bertriliun banyaknya, tersatukan dalam munajat
212. Milyaran matahari itu saudaraku, merekatkan diri, menjadi gumpalan kabut
cahaya raksasa di semesta, bukti kebesaran Allah ‘Azza wa Jalla, begitulah
kita saudaraku.
Baca Juga: Fadli Zon Sebaiknya Jadi Sastrawan Saja, Jadi Politisi Kayaknya Sudah Tidak Ampuh Lagi
Harusnya kita saling merekat, wahai para pejuang fi
sabilillah di jalannya, ayo munajat, ayo rekatkan umat, jadikan
barisan-barisanmu kuat dan saling rekat, rekatkan indonesiamu, rekatkan
jiwa-jiwamu, rekatkan langkah dan tindakanmu.
Ya Allah, berjuta tangan para pejuang agamamu ini, mengepalkan
tinju mereka, berseru-seru mereka, menderu-deru mereka di setiap jengkal udara,
hingga terlahir takbir kemenangan. Kemenangan di ujung lelah, menggema. Takbir
bersahut-sahutan. Berjuta sajadah akan kita hamparkan sebentar lagi kawan,
berjuta kepala, menangis bersujud, bersyukur, basah air mata dalam bahagia
kemenangan, sebentar lagi tiba.
Allahumma inni a’udzubika min jahdil bala wa darqil syaqa, wa
suil qada’, wa syamadatil a’da’, jauhkan kami dari bala musibah, yang tak dapat
kami atasi, lindungi kami dari kegembiraan orang-orang yang membenci kami,
rekatkan jiwa-jiwa patriot kami dalam keikhlasan, di nadi-nadi kami, di
jantung-jantung kami, di pundak-pundak kami, di jari-jari kami yang telah
memilih untuk hanya selalu berdua, kita dan Allah Azza wa Jalla, selalu
berdua, kita dan Rasulullah kekasih semesta, selalu berdua, kita dan saudara
mukmin saling menjaga, selalu berdua, kita dan pemimpin yang membela hak-hak
umat seutuhnya.
Duhai Allah Rabb, jangan Kau jadikan hati kami bagai si
penakut-penakut, pengecut, sebab kami terlahir di tanah para pahlawan yang
berani yang rela mengorbankan jiwa raga, harta dan segalanya. Jangan jadikan
hati kami lalai dan gentar, karena kami lahir dan besar dibimbing para ulama
kami yang sabar, menetap jantung-jantung kami untuk menjadi pendekar yang
berani berpihak pada yang benar.
Duhai Allah jangan Kau jadikan hatikan kami
tertutup dari cahaya terang kebenaran-Mu, yang menyala di malam-malam munajat
saat Engkau turun ke jagat dunia telah engkau bersaksikan kami tegak berdiri Ya
Allah, kami meminta menangis, hingga basah sekujur diri kepada-Mu, seluruh
harapan kami dambakan, akan Engkau tolong atau Engkau binasakan, akan Engkau
menangkan atau Engkah lantakkan, itu hak-Mu.Namun kami mohon, jangan serahkan
kami kepada mereka, yang tidak memiliki kasih sayang kepada kami dan anak-cucu
kami. Dan jangan Engkau tinggalkan kami, dan menangkan kami, karena jika Engkau
tidak menangkan kami khawatir Ya Allah, kami khawatir Ya Allah, tak ada lagi
yang menyembah-Mu, ya Allah, izinkan kami, memiliki generasi yang dipimpin oleh
pemimpin terbaik dengan pasukan terbaik untuk negeri adil dan makmur terbaik,
takdirkanlah bagi kami generasi yang dapat kami andalkan, untuk mengejar nubuah
kedua, wujud dan nyata, dan lahirnya sejuta al-Fatih di bumi Indonesia
Allah Rabb, puisi munajat ini kubaca bersama saudara-saudaraku, mujahid-mujahidah, yang datang berbondong-bondong dari segala arah, maka inilah puisi munajat, mengetuk-ngetuk pintu langit-Mu, bersimpuh di belantaran keprihatinan atas ketidakadilan, atas kesewenag-wenangan, atas kebohongan demi kebohongan, atas ketakutan dan ancaman yang ditebar-tebarkan, atas kepongahan dalam kezaliman, yang dipamer-pamerkan dalam pertunjukan kekuasaan yang mengkerdilkan Tuhan, yang menantang kuasa Tuhan, yang tidak percaya bahwa Tuhan pembalas sempurna.
Ya
Rabb, engkaulah yang memiliki kekuasaan mutlak di seluruh jagat ini.
Allah,
ini puisi munajat yang mengetuk-ngetuk pintu langit-Mu, turunkanlah Malaikat
berbaris-baris, dan burung-burung ababil, dan semut-semut pemadam api Ibrahim,
munajat penuh harap menurunkan pertolongan yang dijanjikan bagi yang terdera,
bagi pemimpin yang terfitnah, bagi ulama yang di penjara, bagi pejuang yang
terus dihadang-hadang, bagi pembela keadilan yang di gelandang ke bilik-bilik
persakitan.
Kemudian
membaca "shalawat Asyghil"
Untuk
hari depan yang lebih baik, untuk kepemimpinan yang berpihak pada rakyat,
bersama-Mu dan bersama Rasul-Mu dalam ketinggian titah-Mu, kami bermunajat,
keluarkan kami dari gelap, keluarkan kami dari gelap, keluarkan kami dari
gelap, Amin, Allahumma Amin ya Rabbal ‘Alamin.
Sumber Foto: Youtube