Penulis: Moh. Syahri
Atorcator.Com - Ternyata pilihan presiden dan pilihan pileg memang tidak seheboh dan segenting pilihan kepala desa. Kondisi seperti ini saya temui di salah satu desa kabupaten Sumenep. Kalau bicara pileg di Sumenep kayaknya memang adem ayem, bahkan saking ademnya balihonya saja kadang tak pernah digubris oleh masyarakat. Mbuh, nggak peduli, karena bagi mereka pilihan kepala desa jauh lebih menjamin daripada pileg.
Yang riuh dan gaduh nggak karuan mungkin hanya di sosial media saja. Di dunia nyata fine-fine saja. Masyarakat tetap fokus dengan pekerjaannya masing-masing. Pilihan presiden, sepertinya juga biasa-biasa saja, nggak peduli, ogah dengan pilpres dan caleg.
Segenting-segentingnya pilres paling cuma sebatas berbalas pantun dan retorika di media sosial. Saling serang melalui Twitter dan Facebook. Saling sindir antara calon satu dengan satunya. Ya sebatas itu tidak lebih. Itu pun tugas media biar seolah-olah genting padahal tidak. Urusan saling lapor melapor yang kebanyakan mengedepankan ego dan dendam mungkin mentok gentingnya hanya di situ saja.
Menjelang sore, saya coba ngobrol-ngobrol dengan salah satu warga desa yang pernah jadi tim sukses pasangan calon kepala desa. Saya anggap dia bisa dibilang sukses karena bisa menghantarkan pasangannya menang.
Ya, seperti itu, pengorbanannya bukan main. Lawannya bukan lagi main hoax, atau fitnah sana-sini tapi sudah main ilmu hitam yang bisa membungkam pasangan lawan.
Wajar saja, jika pesta demokrasi pilihan kepala desa itu sangat meriah, menarik, dan cukup menegangkan. Hiruk pikuk politik di desa benar-benar perkara serius. Percaturan politik di desa itu taruhannya barang-barang berharga bahkan nyawa sekalipun.
Jika pasca pemilihan kepala desa banyak orang kehilangan motor, sapi, dan lain-lain. Itu hal biasa bagi masyarakat desa.
Baca juga:Politisi yang Susah Ditausiahi
Pesta demokrasi lebih-lebih pilihan kepala desa nampaknya memang lebih agresif daripada pilpres dan pileg. Bagaimana tidak agresif, jika berhasil sangat mungkin dia akan kebagian proyek besar-besaran, selain diberi jabatan kadus atau apel misalkan, minimal dia dapat cipratan rizeki yang cukup untuk sekadar ngidupin anak dan istri.
Nah, udahlah nggak usah saling gontok-gontokan karena caleg apalagi pilpres. Toh nggak menjamin situ kebagian jatah apa-apa dari kepilihnya dia apalagi nggak terpilih. Nasib.....
Belajarlah dari peristiwa yang terjadi di kabupaten Sampang kemaren. Eman-eman nyawa kita dikorbankan gara-gara politik yang tidak beradab.
Sumber Foto: malangtimes