Seorang teman meminta sebuah tulisan yang membahas tentang dua hal yang menurutnya lebih penting untuk dipikirkan yaitu amal Shalih daripada memikirkan dunia maya, internet. Sampai disini saya yakin, bahwa teman yang satu ini nampakanya baru sadar bahwa dunia maya sudah melalaikan amal-amal salih. Artinya, dia sepertinya juga baru bersikap dewasa terhadap dunia maya dan selama ini dia masih dalam masa remaja dalam ber-dunia maya. Tidak apa-apa, itu wajar sebagai bentuk proses pencarian jati diri.
Sebagai bentuk
apresiasi terhadap teman yang baru sadar dan dan bentuk komitmen seorang teman
yang tidak ingin teman itu terjerumus kembali kedalam jurang curam bernama dunia maya lebih dalam. Saya sepakat untuk menuliskan.
Begini,
teman. Sebetulnya jika kita pahami lebih jauh tentang amal shalih ini, dalam
dunia maya pun sebenarnya kita dapat juga berbuat amal Salih. Tentu amal Salih
yang saya maksudkan ini bukan ajakan mengklik tombol like atau membagi sebuah
postingan lantas kau dijamin mendapatkan kejutan surga itu. Sekali lagi bukan. Itu
hanya kerjaan orang yang gak punya kerjaan teman.
Amal salih
yang dapat dilakukan di dunia maya secara sederhana adalah mengirim pesan
silaturrahmi ke sanak family misalnya. Atau mungkin jika kamu ingin lebih bagus
lagi kamu bisa membuat semacam video tutorial cara masuk masjid yang benar, atau membuat video tutorial cara masuk kamar mandi yang sesuai dengan ajaran Nabi. Yang
dengan yang kau lakukan ini dapat menjadi semacam pembelajaran sehingga orang
lain dapat mengambil manfaatnya. Bisakan hal ini digolongkan sebagai amal
shalih?.
Baca juga: Melahirkan Medsos Beradab
Atau ketika
engkau mendengarkan ceramah, atau murattal melalui dunia maya, itu juga bisa
dikatakan sebagai bentuk amal shalih. Bukan kah hal itu bernilai ibadah? Bukankah itu juga tergolong sebagai amal shalih?
Namun, beda
lagi jika pertanyaan itu kau tujukan untuk orang-orang yang lebih asyik berselancar
di dunia maya untuk bersenag-senang dan menghabiskan waktu berjam-jam dari pada melakukan praktek amal salih dalam dunia nyata. Ini memang
sedikit rumit. Penulis sendiri sangat merasakan hal itu.
Di zaman
yang semacam ini, lagi-lagi zaman yang menjadi kambing hitam, memang kehidupan
manusia tidak pernah lepas dengan dunia maya. Dan sepertinya di kehidupan yang
akan datang, manusia akan lebih banyak menghabiskan waktunya untuk
bermalas-malasan di dunia maya. Manusia akan sangat jarang sekali berinteraksi
dalam dunia nyata dan tentu akan menjadi langka amal-amal salih itu.
Lantas apa
yang harus dilakukan untuk kasus yang ini?. Ah jangan banyak alasanlah, mari
kita mulai dari diri kita sendiri terlebih dahulu. Kita mulai semacam pembagian waktu
yang proporsional antara kapan waktu untuk berselancar di dunia maya, berapa
jam untuk dunia maya, dan kapan kita harus berhenti. Setelah hal ini terwjud,
kembangkan kebiasaan ini kepada teman, kepada kerabat dan terus hingga membawa
perubahan terhadap dunia.
Ingat teman,
sebelum kau merubah orang lain rubahlah terlebih dahulu dirimu itu yang
penting.
sumber foto : erabaru