Penulis: Sumanto Al Qurtuby
(Antropolog budaya di King Fahd University of Petroleum and Minerals, Arab Saudi)
Saya sudah sering sekali menulis tentang sejarah, tradisi, dan budaya hijab, berseri-seri, sampai bosan (jika berminat, silakan dicari sendiri, jangan suruh saya yang nyari. Emang gue cowok apaan?).
Salah satu fakta menarik tentang asal-usul, sejarah, tradisi, dan budaya hijab ini adalah bahwa tradisi tentang hijab (kain penutup kepala), abaya (kain penutup tubuh seperti “jilbab”), dan bahkan burqa, niqab, atau khimar (kain penutup wajah) bukan hanya dipraktekkan oleh perempuan Muslim Arab saja, khususnya perempuan Arab Badui yang memiliki pola hidup nomadik, tetapi juga oleh perempuan non-Muslimah dan non-Arab, termasuk komunitas Yahudi.
Ajaran tentang hijab memang disyariatkan dalam teks-teks dan Kitab Suci umat Yahudi (seperti Talmud). Jauh berabad-abad sebelum Al-Qur’an hadir, Kitab Suci Yahudi sudah mengsyari’atkan tentang hijab ini. Karena itu tradisi hijab ini bukan hanya “sangat Islami” tetapi juga “sangat Yahudi”. Bukan hanya “sangat Qur’ani” tetapi juga “sangat Talmudi”.
Oleh karena itu tidaklah mengherankan jika ada sejumlah tokoh, rabbi, ulama, kelompok, dan sekte Yahudi dewasa ini yang mengklaim bahwa hijab itu adalah “Syari’at Yahudi”. Beberapa kelompok Yahudi ortodoks memandang berhijab merupakan "panggilan ilahi" yang harus ditaati oleh semua umat Yahudi.
Salah satu tokoh Yahudi yang getol menyuarakan gerakan “hijab Syar’i” adalah Bruria Keren, seorang pemimpin Yahudi ortodoks di Israel. Ia bahkan mengklaim bahwa asal-usul "tradisi hijab" itu berasal dari Yahudi dan karena itu siapa saja, perempuan mana saja, yang mengenakan hijab berarti telah meniru-niru ajaran, budaya, dan tradisi Yahudi. Menurutnya, kitab-kitab suci agama di Timur Tengah, termasuk Al-Qur’an, yang mengajarkan tentang hijab berarti telah mengjiplak Kitab Talmud. Klaim ini sebetulnya sangat berlebihan dan hiperbolik mengingat jauh sebelum masa Israelite (Yahudi Kuno), tradisi hijab ini sudah dipraktekkan oleh berbagai suku dan kelompok masyarakat di Timur Tengah (Mesopotamia, Assyria, dlsb).
Selanjutnya, Bruria Keren menyerukan agar semua kaum Hawa Yahudi untuk berhijab bukan hanya semata-mata demi memenuhi "panggilan ilahi" tetapi juga sebagai lambang kesederhanaan sekaligus perlindungan dari kemungkinan kejahatan atas kaum perempuan yang dilakukan oleh para pria hidung belang-belang.
Di Israel ada sekelompok Yahudi yang menamakan diri “Sekte Burqa Heredi” yang bahkan lebih ketat dalam menerapkan “Syari’at hijab” ini. Kaum perempuan Yahudi Heredi Burqa bukan hanya membalut tubuh dan kepala mereka dengan hijab dan jilbab atau abaya tetapi bahkan menutup rapat wajah mereka dengan sehelai kain yang disebut "frumka" (semacam niqab atau burqa, persis seperti perempuan Saudi, Arab Badui, atau perempuan Afganistan di zaman rezim Taliban). Karena mengenakan busana yang ekstrim ini, maka sejumlah media menyebut mereka sebagai "Yahudi Taliban".
Seperti klaim dan penegasan dari Bruria Keren, sejumlah tokoh Yahudi dari sekte Heredi ini seperti Rabbi Yitzchok Tuvia Weiss juga menyatakan bahwa penggunaan tata busana super ketat ini dalam rangka untuk menegakkan "syariat Yahudi" sekaligus untuk kembali ke ajaran orisinal Talmud tentang wasiat berhijab sebagai simbol kesahajaan bagi perempuan.
Jika perempuan dari Sekte Burqa Heredi menutup rapat seluruh tubuh mereka, maka perempuan sekte Yahudi Ortodoks lain seperti Lev Tahor di Kanada (hususnya Ontario dan Quebec) mengenakan hijab dan jilbab minus kain penutup muka seperti tampak dalam foto ini (courtasy: CanadianContent) yang mirip sekali dengan ukhti-ukhti Muslimah atau kaum “hijaber” di Indonesia dan lainnya. Dalam Bahasa Ibrani, Lev Tahor berarti "hati yang suci".
Sekte ini merupakan salah satu kelompok ultra-ortodoks Yahudi yang dipimpin oleh Rabbi Shlomo Helbrans yang gencar menentang Zionisme dan aneksasi Israel atas Palestina. Kelompok Yahudi ulraortodoks juga bertebaran di Amerika. Dalam kehidupan sehari-hari, pengikut sekte Lev Tahor ini sangat sederhana dan "apa adanya" dalam menjalani hidup serta jauh dari hiruk-pikuk kemewahan duniawi.
Beberapa ajaran fundamental atau karaktristik mendasar Sekte Lev Tahor ini antara lain penolakan terhadap Negara Israel modern sampai datangnya sang “Juru Selamat”, menolak semua bentuk kehidupan modern karena dianggap bid’ah, kewajiban memakai baju / jubah traditional berwarna hitam, mengikuti “diet Yahudi” dalam pola-makan (termasuk tidak makan daging babi karena dianggap haram), kawin muda, berbicara dengan Bahasa Yiddish, rumah sangat sederhana tanpa dekorasi modern, dlsb.
Nah, sekarang bagi umat Islam jangan suka mengkapir-kapirkan Yahudi ya karena banyak sekali ajaran, tradisi, dan budaya Islam yang diserap dari Yahudi. Lagi pula gak baik lo mengkapirkan umat Yahudi atau Kristen karena mereka kan “kakak pertama” dan “kakak kedua” kaum Muslim. Jadi “si ragil” jangan nakal ya? He he. Selamat Hari Minggu…
Selengkapnya di sini