Tempo |
Penulis: Moh Musa
Atorcator.Com - Hanya lantaran ditranslet ke bahasa Arab menjadi "ijtimak", apakah terus kumpul2, dugem, cangkruk, jagongan....terus jadi sakral?
Ya akhi, ya ukhti, ga perlu ente dan enti orang ber-Arab ria supaya tampak Islami. Apa yang ente lakukan itu sekedar translet dari bahasa Indonesia ke bahasa Timteng, dan sama sekali bukan istilah-istilah syar'i dan Islami, kecuali yang jelas-jelas Islami karena diksi dan redaksinya memang berasal dari lisan suci Kanjeng Rasul seperti assalamualaikum, insya Allah, masya Allah, astaghfirullah, inna lillahi, dst yg sudah akrab di lidah kita sejak turun temurun.
Ente dan enti orang main translet ala google untuk nambah-nambah itu hanya demi mengelabui atau terkelabui oleh para juru riya' yang hendak memaksakan diri sebagai manusia tersuci di tengah orang-orang lain yg mereka pandang rendah dan bahkan nista.
Sungguh, sama sekali tak ada yg kurang dari kata "saudara dan saudari" dibanding "akhi wa ukhti", dan seterusnya: sama islami ataupun tidak islaminya. Hanya sekedar translet wal alih bahasa.
Masyarakat harus lebih cerdas, jangan mau dikelabui dengan cara-cara murahan seperti itu. Jangan terpesona pada istilah semisal ijtimak sebab artinya cuma pul-kumpul. Jangan silau dengan istilah-istilah yang ngarab kecuali yang memang sudah dilekatkan oleh para leluhur kita karena memang syar'i dan nyunnah, sedangkan yg lain-lain itu cuma nggugel belaka. Banggalah dengan bahasa sendiri.