Penulis: Abdi Kurnia Johan
Atorcator.Com - Tidak salah jika dikatakan bahwa Gus Dur adalah Negarawan Sejati. Tidak berlebihan pula jika dikatakan bahwa Gus Dur benar-benar mengikuti Kanjeng Nabi Muhammad terutama di dalam memperlakukan lawan-lawan politiknya. Nabi Muhammad tidak menaruh dendam kepada Abu Sufyan yang selalu menebar fitnah sebelum penaklukan kota Makkah. Nabi juga tidak menaruh dendam kepada Hindun, istri Abu Sufyan, yang telah dengan kejam memakan mentah-mentah jantung Hamzah bin Abdul Muthallib, paman Nabi dan pembela kehormatan Nabi, ketika Perang Uhud.
Nabi mampu meredam amuk dendamnya ketika pasangan suami istri itu tertunduk malu dan takut pada waktu Nabi menaklukkan kota Makkah. Malah Nabi memuliakan Abu Sufyan dengan menyebut rumahnya sebagai tempat yang aman untuk berlindung. Nabi pun memaafkan Hindun atas tindakan tidak manusiawinya semasa jahiliyyah, dan menerima dengan tangan terbuka ketika Hindun menyatakan masuk Islam.
Gus Dur pun demikian. Ketika Pak Harto berkuasa, Gus Dur dimusuhi, ditusuk dari belakang melalui Abu Hasan pada Muktamar Cipasung, dan bahkan dicegah naik ke panggung untuk mendampingi Pak Harto meresmikan Muktamar NU Cipasung. Padahal, Gus Dur adalah Ketua Umum Tanfidziyyah, tuan rumah perhelatan itu. Tidak sampai di situ, Gus Dur pun digoncang dengan serentetan pembunuhan para kyai di kawasan Tapal Kuda Jawa Timur. Sebagian pengamat menyimpulkan bahwa peristiwa itu memang diarahkan untuk mendelegitimasi Gus Dur dan NU sebagai satu-satunya kekuatan Islam yang menjadi ganjalan Orde Baru.
Tapi, apa balasan Gus Dur kepada Pak Harto, ketika Gus Dur berkuasa? Dendamkah Gus Dur? Ternyata tidak. Gus Dur dengan diantar Mbak Yenni, puterinya, malah datang mengunjungi Pak Harto yang tengah dirundung kecaman karena enggan hadiri persidangan yang menyeretnya dengan tuduhan korupsi. Gus Dur seperti ingin menguatkan Pak Harto dari tekanan publik ketika itu. Lagi-lagi, Gus Dur melakukan tindakan yang "abnormal" untuk ukuran politik yang sarat balas dendam.
Meskipun tidak meredakan tuntutan hukum, kehadiran Gus Dur ke Cendana di tengah kuatnya tuntutan untuk mengadili Pak Harto, menjadi obat tersendiri bagi Pak Harto. Seakan Gus Dur ingin membuat Pak Harto "menyesal" dengan keputusan politiknya memusuhi Gus Dur semasa berkuasa dulu.
Belakangan setelah tidak lagi memegang jabatan Presiden, Gus Dur dikabarkan selalu menyambangi Pak Harto. Gus Dur memang tidak ada gengsinya. Ia tetap memperlakukan Pak Harto sebagai kawan yang harus selalu disambangi. Dan uniknya, kehadiran Gus Dur itu bertepatan ketika Pak Harto dijauhi orang-orang yang dulu selalu datang memanfaatkan kekuasaannya untuk kepentingan jabatan dan bisnis.
Gus Dur memang Negarawan Sejati. Di antara ciri Negarawan adalah tidak ada dendam terhadap lawan politiknya. Ini berbeda dengan beberapa orang yang tidak ada persinggungan sejarah dengan seseorang tetiba menaruh dendam atas nama sejarah. Kenapa tidak sekalian, mereka dendam kepada Darwin yang menuduh nenek moyangnya ada hubungan genetik dengan kera?