Menjadi Generasi Milenial Penghafal Alquran Kosmopolitan - Atorcator
Latest Update
Fetching data...

Kamis, April 11, 2019

Menjadi Generasi Milenial Penghafal Alquran Kosmopolitan

republika

Penulis: Dr. Taufiqur Rohman

Atorcator.Com - Semua orang tua pasti senang dan bahagia lahir batin di dunia sampai akhirat, ketika dianugerahi Allah swt anak milenial (Gen-X/Z) yang cerdas, berwawasan dan berpengetahuan luas (kosmpolitan), berakhlakul karimah. Apalagi sampai hafal Alquran 30 juz, ini merupakan dambaan dan impian semua orang tua muslim tanpa terkecuali.

Tetapi untuk mencapai generasi milenial penghafal Alquran yang kosmopolitan tidaklah mudah dan singkat, memerlukan dukungan proses perjuangan lahir batin yang sangat lama dan panjang.

Menurut al Mukarram KH. Ahmad Naqib Noor Al Hafidh pengasuh Pesantren Tahfidh Mathlabu Mafaazil Quran (MMQ) Kauman Johar Semarang dalam peringatan Isra' Mi'raj Rasullullah saw sekaligus Harlah Ke-3 Mmq Semarang kemarin hari Rabu tanggal 3 April 2019 di Kauman Semarang, setidaknya ada tiga pilar untuk mewujudkannya;

(1) Keseriusan dan keredhaan orang tua penghafal Alquran lahir batin, yang tidak hanya mensuplai dana saja. Tetapi juga doa, motivasi setiap saat atas kesuksesan dan kemudahan anaknya atas proses menghafalkan Alquran, karena menghafalkan Alquran 30 juz tidaklah semudah yang dibayangkan banyak orang.

(2) Bimbingan, arahan dan pengawasan secara direct (langsung) dan totalitas lahiriah batiniah (all out) dari Kiai pengasuh pesantren tahfidh (yang memiliki otoritas sanad jelas dan mutawatir) kepada santri penghafal Alquran dalam menambah hafalan baru (yang diistilahkan dengan sorogan, lolohan, jen dan sebagainya) atau muraja'ah (mengulang-ulang hafalan lama yang sudah dihafalkan). Dua metodologi ini sangat penting dalam menjaga keseimbangan (balance) antara nambah hafalan baru dan menjaga hafalan lama.

(3) Keseriusan dan keredhaan lahiriah batiniah seorang generasi milineal (Gen-X) penghafal Alquran dalam menghafalkan Alquran yang orientasinya tulus ikhlas murni karena Allah swt, tanpa mengharapkan kepentingan aksesoris duniawi.

Sedikitnya ada 5 Metodologi yang praktis, efektif dan efesien menjadi penghafal Alquran 30 Juz menurut pengalaman penulis;

a) sebelum menghafalkan Alquran harus sudah benar-benar menguasai ilmu tajwid, makharijul huruf dan bahasa arab.

b) setiap per-satu ayat yang akan dihafalkan di baca bin-nadhar secara tartil dan diulang-ulang (matsanni, repeat) minimal 10 kali sampai 50 kali sampai benar-benar hafal per-ayat sesuai dengan kapasitas kemampuan otak masing-masing penghafal Alquran.

c) Difahami secara seksama per-ayat penjelasan makna (tadabbur, kontemplasi) melalui bantuan kitab Alquran terjemah (Bahasa Indonesia atau Bahasa Inggris untuk sekaligus mengasah kemampuan bahasa asing) atau menelaah berbagai karya ulama' klasik dan kontemporer dalam lintas disiplin ilmu tafsir Alquran atau disiplin ilmu pendukung lain untuk menuju pendalaman paradigma berfikir kritis, luas dan mendalam. Supaya interpretasi dalam memahami Alquran tidak rigid (kaku) dan sempit, apalagi sampai truth claim.

d) Hafalan baru atau lama yang sudah dihafalkan dibaca secara istiqamah (konsisten) di luar shalat (schedule ndarus rutin) atau di dalam shalat baik fardhu atau sunnah, baik khaffi  (Dhuhur dan Ashar) atau jahr (Maggrib, Isya' dan Subuh). Kemudian diteruskan dengan konsisten disimakkan ke teman (memiliki patner sesama penghafal) sebelum disimakkan ke Kiai untuk mendeteksi dan mengantisipasi kesalahan hafalan baik huruf, kalimat, harakat, makharijul huruf, tanwid dan sebagainya.

 e) Terakhir hafalan yang baru atau lama yang sudah benar-benar hafal (lanyah) disimakkan ke kiai yang hafidh (penghafal Alquran yang memiliki sanad yang jelas dan mutawatir) secara konsisten setiap hari tanpa bosan dan lelah. Karena menghafalkan Alquran tidak bisa sendiri (otodidak) dan seperti disiplin ilmu-ilmu lain, harus di gurukan (talaqqi) kepada Kiai yang kompeten, kapabel dan bersanad jelas. Agar terjaga dari kesalahan pengurangan atau penambahan ayat, tajwid, makharijul huruf dan sebagainya. Sebagaimana Firman Allah swt:

وَلَقَدْ يَسَّرْنَا الْقُرْآنَ لِلذِّكْرِ فَهَلْ مِنْ مُدَّكِرٍ

Dan sesungguhnya telah Kami mudahkan al-Qur`ân untuk (menjadi) pelajaran, maka adakah orang yang (mau) mengambil pelajaran? (al-Qamar/54:17).

Ayat ini bisa difahami menghafalkan Alquran adalah sangatlah mudah bagi yang mau mengambil pelajaran siapapun orangnya tanpa terkecuali, jangankan anak muda atau orang tua, anak kecil batita atau balita saja banyak yang menghafalkan Alquran meskipun mereka belum bisa baca tulis Arab. Jangankan orang normal secara fisik, kaum difabilitas saja banyak yang hafal Alquran. Jangankan umat Islam, umat nonmuslim saja banyak yang hafal Alquran contoh Snouck Hurgronje dan sebagainya.

Secara garis besar, ketika generasi milineal penghafal Alquran sudah khatam dan di wisuda sebagai penghafal Alquran (Hafidh 30 Juz) dan mendapatkan sanad Hafal Alquran. Mereka harus menjaga secara konsisten hafalannya (melalui ndarus disimak orang lain atau murajaah mandiri) setiap saat dan setiap waktu jangan sampai terlewat atau lalai baik di luar shalat atau di dalam shalat, baik setiap hari khatam, setiapbminggu khatam, dua minggu khatam atau sebulan khatam, jangan sampai setahun khatam. Bahkan tidak ndarus sama sekali. Intinya jangan sampai hafalan Alquran hilang karena kemalasan atau alasan kesibukan yang lain (naudzubillah min dzalik).

Generasi milineal penghafal Alquran setelah hafal Alquran selain wajib memiliki akhlak mulia, memperkemaskan diri dan bersungguh-sungguh menjaga ibadah. Terpenting jangan sampai sombong dan berpuas diri dengan ilmunya. Jadikanlah menghafalkan Alquran sebagai "awal sebuah perjalanan hidup" dalam mempelajari disiplin ilmu-ilmu yang lain baik ilmu salaf (klasik) seperti fiqh, ushul fiqh, nahwu, sharaf, balaghah, mantiq, arudh dan sebagainya. Juga mempelajari ilmu-ilmu khalaf (kontemporer) seperti filologi, hermeneutics, sosiologi, antropologi, sains dan technology, astronomi dan sebagainya.

Memiliki dua keilmuan yang berbeda (salaf dan khalaf) sebagai syarat mutlak untuk mengantarkan generasi milineal penghafal Alquran menjadi kosmopolitan, berwawasan luas, berparadigma tinggi, kontekstual, aktual, up to date, berakhlakul karimah, sebagai the agent of change, master of civilization, generasi ulul albab, ummatan wasatan, umat yang moderat dan bisa mencerahkan umat serta menyampaikan ajaran Islam yang ramah dan berkasih sayang bagi jagat alam raya.

امين يا رب العالمين.......

والله أعلم بالصواب