republika |
Penulis: Dr. Taufiqur Rohman
Atorcator.Com - Semua orang tua pasti senang dan bahagia lahir batin di dunia
sampai akhirat, ketika dianugerahi Allah swt anak milenial (Gen-X/Z) yang
cerdas, berwawasan dan berpengetahuan luas (kosmpolitan), berakhlakul karimah.
Apalagi sampai hafal Alquran 30 juz, ini merupakan dambaan dan impian semua
orang tua muslim tanpa terkecuali.
Tetapi untuk mencapai generasi
milenial penghafal Alquran yang kosmopolitan tidaklah mudah dan singkat,
memerlukan dukungan proses perjuangan lahir batin yang sangat lama dan panjang.
Menurut al Mukarram KH. Ahmad Naqib
Noor Al Hafidh pengasuh Pesantren Tahfidh Mathlabu Mafaazil Quran (MMQ) Kauman
Johar Semarang dalam peringatan Isra' Mi'raj Rasullullah saw sekaligus Harlah
Ke-3 Mmq Semarang kemarin hari Rabu tanggal 3 April 2019 di Kauman Semarang,
setidaknya ada tiga pilar untuk mewujudkannya;
(1) Keseriusan dan keredhaan orang
tua penghafal Alquran lahir batin, yang tidak hanya mensuplai dana saja. Tetapi
juga doa, motivasi setiap saat atas kesuksesan dan kemudahan anaknya atas
proses menghafalkan Alquran, karena menghafalkan Alquran 30 juz tidaklah
semudah yang dibayangkan banyak orang.
(2) Bimbingan, arahan dan pengawasan
secara direct (langsung) dan totalitas lahiriah batiniah (all out) dari Kiai
pengasuh pesantren tahfidh (yang memiliki otoritas sanad jelas dan mutawatir)
kepada santri penghafal Alquran dalam menambah hafalan baru (yang diistilahkan
dengan sorogan, lolohan, jen dan sebagainya) atau muraja'ah (mengulang-ulang
hafalan lama yang sudah dihafalkan). Dua metodologi ini sangat penting dalam
menjaga keseimbangan (balance) antara nambah hafalan baru dan menjaga hafalan
lama.
(3) Keseriusan dan keredhaan
lahiriah batiniah seorang generasi milineal (Gen-X) penghafal Alquran dalam
menghafalkan Alquran yang orientasinya tulus ikhlas murni karena Allah swt,
tanpa mengharapkan kepentingan aksesoris duniawi.
Sedikitnya ada 5 Metodologi yang
praktis, efektif dan efesien menjadi penghafal Alquran 30 Juz menurut
pengalaman penulis;
a) sebelum menghafalkan Alquran harus
sudah benar-benar menguasai ilmu tajwid, makharijul huruf dan bahasa arab.
b) setiap per-satu ayat yang akan
dihafalkan di baca bin-nadhar secara tartil dan diulang-ulang (matsanni,
repeat) minimal 10 kali sampai 50 kali sampai benar-benar hafal per-ayat sesuai
dengan kapasitas kemampuan otak masing-masing penghafal Alquran.
c) Difahami secara seksama per-ayat
penjelasan makna (tadabbur, kontemplasi) melalui bantuan kitab Alquran terjemah
(Bahasa Indonesia atau Bahasa Inggris untuk sekaligus mengasah kemampuan bahasa
asing) atau menelaah berbagai karya ulama' klasik dan kontemporer dalam lintas
disiplin ilmu tafsir Alquran atau disiplin ilmu pendukung lain untuk menuju
pendalaman paradigma berfikir kritis, luas dan mendalam. Supaya interpretasi dalam
memahami Alquran tidak rigid (kaku) dan sempit, apalagi sampai truth claim.
d) Hafalan baru atau lama yang sudah
dihafalkan dibaca secara istiqamah (konsisten) di luar shalat (schedule ndarus
rutin) atau di dalam shalat baik fardhu atau sunnah, baik khaffi (Dhuhur
dan Ashar) atau jahr (Maggrib, Isya' dan Subuh). Kemudian diteruskan dengan
konsisten disimakkan ke teman (memiliki patner sesama penghafal) sebelum
disimakkan ke Kiai untuk mendeteksi dan mengantisipasi kesalahan hafalan baik
huruf, kalimat, harakat, makharijul huruf, tanwid dan sebagainya.
e) Terakhir hafalan yang baru
atau lama yang sudah benar-benar hafal (lanyah) disimakkan ke kiai yang hafidh
(penghafal Alquran yang memiliki sanad yang jelas dan mutawatir) secara
konsisten setiap hari tanpa bosan dan lelah. Karena menghafalkan Alquran tidak
bisa sendiri (otodidak) dan seperti disiplin ilmu-ilmu lain, harus di gurukan
(talaqqi) kepada Kiai yang kompeten, kapabel dan bersanad jelas. Agar terjaga
dari kesalahan pengurangan atau penambahan ayat, tajwid, makharijul huruf dan
sebagainya. Sebagaimana Firman Allah swt:
وَلَقَدْ يَسَّرْنَا الْقُرْآنَ لِلذِّكْرِ فَهَلْ مِنْ مُدَّكِرٍ
Dan sesungguhnya telah Kami mudahkan
al-Qur`ân untuk (menjadi) pelajaran, maka adakah orang yang (mau) mengambil
pelajaran? (al-Qamar/54:17).
Ayat ini bisa difahami menghafalkan Alquran
adalah sangatlah mudah bagi yang mau mengambil pelajaran siapapun orangnya
tanpa terkecuali, jangankan anak muda atau orang tua, anak kecil batita atau
balita saja banyak yang menghafalkan Alquran meskipun mereka belum bisa baca
tulis Arab. Jangankan orang normal secara fisik, kaum difabilitas saja banyak
yang hafal Alquran. Jangankan umat Islam, umat nonmuslim saja banyak yang hafal
Alquran contoh Snouck Hurgronje dan sebagainya.
Secara garis besar, ketika generasi
milineal penghafal Alquran sudah khatam dan di wisuda sebagai penghafal Alquran
(Hafidh 30 Juz) dan mendapatkan sanad Hafal Alquran. Mereka harus menjaga
secara konsisten hafalannya (melalui ndarus disimak orang lain atau murajaah
mandiri) setiap saat dan setiap waktu jangan sampai terlewat atau lalai baik di
luar shalat atau di dalam shalat, baik setiap hari khatam, setiapbminggu
khatam, dua minggu khatam atau sebulan khatam, jangan sampai setahun khatam.
Bahkan tidak ndarus sama sekali. Intinya jangan sampai hafalan Alquran hilang
karena kemalasan atau alasan kesibukan yang lain (naudzubillah min dzalik).
Generasi milineal penghafal Alquran
setelah hafal Alquran selain wajib memiliki akhlak mulia, memperkemaskan diri
dan bersungguh-sungguh menjaga ibadah. Terpenting jangan sampai sombong dan
berpuas diri dengan ilmunya. Jadikanlah menghafalkan Alquran sebagai "awal
sebuah perjalanan hidup" dalam mempelajari disiplin ilmu-ilmu yang lain
baik ilmu salaf (klasik) seperti fiqh, ushul fiqh, nahwu, sharaf, balaghah,
mantiq, arudh dan sebagainya. Juga mempelajari ilmu-ilmu khalaf (kontemporer)
seperti filologi, hermeneutics, sosiologi, antropologi, sains dan technology,
astronomi dan sebagainya.
Memiliki dua keilmuan yang berbeda
(salaf dan khalaf) sebagai syarat mutlak untuk mengantarkan generasi milineal
penghafal Alquran menjadi kosmopolitan, berwawasan luas, berparadigma tinggi,
kontekstual, aktual, up to date, berakhlakul karimah, sebagai the
agent of change, master of civilization, generasi ulul albab, ummatan
wasatan, umat yang moderat dan bisa mencerahkan umat serta menyampaikan ajaran
Islam yang ramah dan berkasih sayang bagi jagat alam raya.
امين
يا رب العالمين.......
والله
أعلم بالصواب