Penulis: Ahmad Ishomuddin
Atorcator.Com - Tidak dapat diingkari bahwa manusia adalah makhluk politik. Setiap
orang dengan demikian tidak dapat bebas dari belitan dan belenggu
politik, baik ia menyetujuinya atau tidak. Kesetujuannya dengan dunia
politik terkadang membuatnya tertarik untuk terjun berkecimpung di dunia
politik, seperti turut serta menempuh jalan penuh rintangan untuk duduk
di kursi legislatif atau ikut berebut kursi eksekutif atau lainnya dengan
menghalalkan segala macam cara atau malahan mungkin tidak tahu caranya.
Niat atau motif terjun di dunia
politik itu pun tidaklah seragam. Tidak dapat disimpulkan secara pukul rata
bahwa semua politisi pasti berniat untuk menyejahterakan rakyat sebagaimana
sering mereka kampanyekan. Sebaliknya, sangatlah mungkin ada
politisi yang terjun ke dunia politik justru berniat hanya untuk meraih
kedudukan demi menyejahteraan dirinya sendiri dan atau keluarganya. Politisi
salah niat semacam ini biasanya tidak amanah sehingga karena sifat tamaknya ia
merugikan rakyat dengan cara memperkaya dirinya sendiri, tanpa
memedulikan halal-haram dalam menumpuk kekayaannya. Tidak sempat memikirkan
nasib rakyat karena sibuk berebut proyek.
Dalam perspektif ajaran Islam,
politik demi kemaslahatan individu itu tidak dikenal kecuali berada di dalam
cakupan kemaslahatan umum. Setiap politisi berkewajiban untuk mewujudkan
kesejahteraan rakyat berdasarkan keadilan. Karena rakyat banyak itu ibarat satu
kesatuan utuh suatu bangunan yang setiap bagian memperkuat sebagian
lainnya. Oleh karena itu, seorang politisi wajib merakyat dan
mempersatukan rakyat, dan memperjuangkan kesejahteraan mereka,
karena ia berasal dari rakyat. Dengan demikian, sebagai satu bagian dari
rakyat, maka sebagai politisi ia turut sejahtera karena sukses
menyejahterakan rakyat. Bukan menjadi politisi yang memamerkan kesejahterannya
di tengah-tengah rakyat yang teramat lama hidup melarat.
Idealnya para politisi adalah
manusia yang mencintai rakyatnya sebagaimana mereka mencintai diri mereka
sendiri. Manakala yang terjadi adalah sebaliknya, gila hormat,
angkuh, jauh dari rakyat, tidak berbelas kasihan dan justru merugikan
rakyat baik dengan cara berkhianat seperti melakukan pungli, korupsi
maupun turut serta membuat aturan atau kebijakan sebagai alat untuk merugikan
rakyat, maka sesungguhnya rakyat telah disengsarakan dan berada diambang
kematian karena "matinya" niat baik dan buruknya akhlak para
politisi.
Merosotnya akhlak para politisi
busuk itu berdampak sangat buruk terhadap kesejahteraan rakyat dan merusak
akhlak mereka. Dekadensi moral para politisi dari suatu bangsa adalah pokok
pangkal dari penyebab runtuhnya akhlak dan moral dari bangsa di mana mereka
berada. Kehormatan (muru'ah), rasa kasih sayang dan kerjasama untuk kebajikan
akan lenyap dan digantikan oleh sifat-sifat tercela yang merata di tengah
kehidupan masyarakat, seperti lenyapnya penghormatan dan kepercayaan
terhadap para pemimpin, saling hujat, iri-dengki, benci,
permusuhan dan perpecahan antara anggota masyarakat, dan lain-lain yang pada
saatnya--cepat atau lambat-- berujung kepada kehancuran bangsa itu sendiri.
Jiwa-jiwa kotor dari para politisi
busuk itu menebarkan polusi, berdampak luas menebar bibit tumbuhnya
berbagai tindak kejahatan di tengah-tengah kehidupan yang bukan saja
mencemaskan setiap orang, tetapi juga setiap saat mengancam mereka.
Karena saat orang-orang jujur di pelosok-pelosok desa merasakan kelaparan dan
berpikir keras makan apa hari ini, justru orang-orang pintar dari
sebagian kalangan politisi busuk di kota-kota besar itu senantiasa berpikir dan
bertindak makan siapa hari ini.
Pada saat rakyat dapat menggunakan
hak politiknya untuk memilih secara langsung para calon pemimpinnya, maka
setiap orang harus cerdas dalam menentukan pilihan. Jangan sekali-kali
salah memilih politisi busuk yang berakhlak buruk, yaitu setiap politisi yang
menghalalkan segala macam cara untuk "membeli" kekuasaan dengan money
politic (risywah, suap menyuap), jual beli suara, menebar
fitnah "black campaign" atas lawan politiknya, tidak memiliki
visi-misi-program pembangunan yang jelas untuk menyejahterakan rakyat,
dan suka menebar janji-janji tanpa bukti.
Sesungguhnya, siapa
pemimpinnya adalah cermin siapa para pemilihnya. Pemilih yang cerdas dan
berhati-hati akan mendapatkan pemimpin terbaik yang amanah mengemban jabatan
politiknya untuk dengan adil menyejahterakan rakyat banyak.
Baca juga