Penulis: Sumanto Al Qurtuby
Atorcator.Com - Seperti apakah gerangan dunia pasca-kematian itu? Tentu saja tidak
ada orang yang tahu persis seperti apa wujudnya. Saya juga tidak tau karena
belum pernah melakukan "penelitian lapangan" di alam kubur dan
mewawancarai para almarhum dan almarhumah.
Agama hanyalah "meraba-raba"
gambaran dunia akhirat. Ilmu pengetahuan juga sama. Kaum teolog hanya
"mencandra" keberadaanya. Para agamawan juga sebatas
"menerka-nerka". Sementara para ilmuwan, baik kaum teis maupun ateis,
hanya sebatas berteori. Ada yg mempercayai "reinkarnasi" dan
"kedamaian abadi". Ada pula yang meyakini "realitas"
surga-neraka seperti agama-agama Semit.
Tapi semua konsep "dunia
pasca-kematian" dari para agamawan maupun kaum sekuler itu, kaum teis
maupun ateis itu, hanyalah "imajinasi pemikiran" dan "tafsir
kultural" belaka.
Bahkan dalam batas tertentu
"bias gender". Coba kalian simak baik-baik gambaran surga agama-agama
Semit, Islam khususnya, yang mengonsepkan surga seperti taman rindang penuh
pepohonan, aliran sungai yang menyejukan, dan tak lupa bidadari yang bahenol.
Konsep ini seperti sebuah
"imajinasi" para penduduk (laki-laki) gurun padang pasir yang panas,
gersang, dan kering-kerontang sehingga mendambakan sebuah suasana atau keadaan
atau tempat yang adem, sejuk, rindang, penuh air, dan banyak gadis-gadis molek.
Atau gambaran surga tadi seperti gambaran sebuah taman putri sebuah kerajaan di
zaman dahulu kala yang penuh dengan dayang-dayang yang "siap
saji".
Pernahkah kalian membayangkan
bagaimana kira-kira jika orang-orang Eskimo atau Suku Inuit yang tinggal di
kawasan kutub utara merumuskun sebuah "surga"?
Apapun "realitas" dunia
pasca-kematian itu, tentu saja Anda (sebagaimana saya) boleh meyakini sedalam-dalamnya.
Tetapi janganlah Anda memaksakan (apalagi melalui cara-cara kekerasan)
keyakinan Anda itu kepada orang lain, agama lain, umat lain, kelompok lain,
komunitas lain. Apalagi dibumbui dengan olok-olok terhadap konsep "dunia
pasca-kematian" umat agama lain.
Tindakan seperti ini hanyalah
mengantarkan kita pada "kesombongan teologis" yang tidak ada
manfaatnya sama sekali. Semua konsep ada batasnya. Semua teori ada limitnya.
Agama hanyalah salah satu perantara saja untuk memahami realitasnya. Hanya Tuhan
yang tak berbatas dan Maha Tahu tentang dunia-Nya.
Jika manusia berbuat kebaikan (atau
kejahatan) di dunia ini, saya yakin pasti kelak ada "balasan" di
kemudian hari nanti, tidak penting dalam bentuk apa atau seperti apa balasan
itu.