isfcogito |
Penulis: Muhammad Al-fayyadl
Atorcator.Com - Tidak ada korelasi niscaya antara orang-orang yang dipanggil
"Gus", "Kiai", atau "Ustadz" dan keberpihakan
kepada lapisan umat yang tertindas atau terbelenggu ketidakadilan struktural.
"Gus", "Kiai",
"Ustadz" adalah status sosial, keberpihakan adalah komitmen sosial.
Dua hal yang berbeda. Banyak dari mereka yang berpihak, tidak punya status
sosial tertentu -- berasal dari kalangan yang sering dicibir "orang yang
tak jelas latar belakangnya". Di sisi lain, yang memiliki status sosial
cukup terpandang tak selamanya terlatih untuk berpihak, karena relatif berada
dalam zona aman dan nyaman.
Terlalu naif kita berharap para
tokoh yang memiliki status-status sosial tersebut vokal secara konsisten dan
ada bersama kaoem yang terpinggirkan. Mereka punya "dunia"-nya
sendiri, "alam"-nya sendiri. Berharap demikian tidak otomatis
mengubah keadaan. Lebih tepat berharap solidaritas dari sesama rakyat, sesama
"orang yang tak jelas". Perkara sewaktu-waktu para tokoh dengan
status sosial semacam itu berada di barisan rakyat atau proletariat, anggap itu
tambahan amunisi dan kekuatan. Tapi tanpa mereka pun, gerakan tetap harus
berjalan, solidaritas tetap harus dibangun.
Refleksi dari seorang yang ketiban
-- sialnya -- dipanggil "gus" atau "kiai".