cnn |
Penulis: Muhammad
Ilham Fadli
Atorcator.Com -
"Bang, bagaimana sebenarnya. Disatu pihak mengatakan ini yang
menang, dipihak lain mereka pula yang menganggap dirinya menang ?".
Selama ini kita
memiliki instrumen. Namanya Quick Count (QC). Tak usah abang jelaskan tingkat
presisinya. Tingkat akurasinya. Cukup kamu lihat rekam jejaknya sejak tahun
2004 yang lalu. Publik menjadikan QC sebagai panduan untuk mengetahui siapa
yang (berpotensi) menang dan kalah dalam waktu cepat. Dulu kita percaya QC,
sekarang kok .... tidak ?.
"Tapi di
WA dan FB banyak yang beredar berbagai potongan video dari sebuah TV yang
diklaim sebagai bentuk inkonsistensi dalam pemberitaan QC?".
Itu kan
potongan. Silahkan lihat kembali menit demi menit pemberitaannya. Bukan di satu
TV. Tapi di semua TV. Lihat konsistensi beritanya di seluruh TV. Di seluruh
saluran. Bukan hanya satu. Maka berkaitan dengan QC, kamu akan bisa mengambil
kesimpulan.
"Tapi ada
yang mengatakan tak percaya lagi dengan TV ?"
Pertama, kalau
hanya satu atau dua TV yang dicurigai, tak masalah. Tapi kalau semua TV, ini
lucu. Katakanlah, dulu percaya dengan salah satu TV, karena menganggap
beritanya berimbang, sekarang.... kok tidak.
Kedua, tidak
menonton semua TV, artinya kita menutup sumber yang akan membuat kita rugi.
Informasi yang bisa dipertanggungjawabkan tak bisa kita peroleh. Mungkin satu
TV kita curigai, tapi harus digeneralisir semua TV yang ada. Tak mungkin
mengandalkan informasi di WA dan jejaring sosial lainnya. Pertanggungjawaban
validitas dan realibilitas sumber informasinya .... seringkali lemah. Lihatlah
sumber berita di saluran informasi jenis ini, kadang-kadang entah darimana.
Saran bang, tonton terus semua TV. Belajarlah kamu dari pemberitaan semua TV
itu.
"Tapi
hasil yang pasti itu, kan realcount dari KPU. Ada yang mengatakan, realcount
kpu telah keluar tadi. Kubu yang lain yang menang. Benarkah ... bang ?"
Sebelumnya
sudah Abang jelaskan. QC adalah panduan. Panduan yang dalam beberapa tahun ini
kita jadikan patokan. Umunya tak jauh berbeda hasilnya dengan realcount.
Percaya tak percaya dengan QC, terserah. Selama ini kita percaya, kini ...
tidak, itu persoalan lain. Itupun terserah juga. Mari kita tunggu saja
realcount KPU. Sabar saja. Lalu ada yang mengatakan di media sosial, kelompok
yang satu menang lebih 60an persen berdasarkan realcountkpu, maka lihatlah
terlebih dahulu, persentase suara yang masuk di realcountkpu tersebut. Baru
sekitar 1 persen. Dimulai dari Aceh. Bayangkan bila dimulai dari Papua.
"Ada pula
yang mengatakan, kubu yang satu banyak menang di berbagai daerah. Di berbagai
propinsi. Tak logis kubu satunya lagi dianggap menang ?"
Pilpres itu
bukan menang di berapa daerah. Tapi jumlah pemilih. Ada 5 propinsi di
salah satu pulau, jumlah pemilihnya sebanding dengan satu propinsi di pulau
yang lain. Paham kan, maksudnya ?
Mari kita
tunggu hasil akhirnya (realcount) dengan terus menonton semua saluran TV dan
media lainnya dan belajar dari tontonan tersebut. Termasuk belajar pada cara
masing-masing kelompok menyikapi hasil yang mereka dapatkan.
Pemimpin yang
baik itu, kata aktor Denzel Washington, terlihat dari bagaimana cara mereka
menyikapi suatu masalah.
Salam Damai.
Mari bobok.
Jangan lupa, besok dan besoknya serta besok besok lagi, tetap menonton TV dan
membaca berita dari media massa lainnya. Barangsiapa yang mengajakmu untuk
jangan lagi menonton TV, tinggalkan saran orang itu. Yakinlah, kamu tidak
akan pernah cerdas mengikuti sarannya tersebut.