Ilustrasi Foto (Islamic Wapaper.0rg) |
Penulis: KH. DR. Miftah el-Banjary, MA
Atorcator.Com - Wanita dimana pun yang dikenal di dunia ini selalu diidentikkan
dengan paras wajah dan kecantikannya. Jarang ada wanita yang dikenal dengan
kecerdasan dan keshalehannya, jika pun ada masih bisa dihitung dengan jari,
begitulah sejarah mencatatnya.
Di tengah terpesonaan dunia
terhadap Cleopatra yang konon kecantikannya menyihir para raja, nun jauh di
gurun pasir sana, ada seorang wanita mulia nan agung yang kisah hidupnya
sederhana, meskipun dia seorang wanita Arab paling kaya di zamannya.
Siapakah dia?
Dia lah wanita mulia; Sayyidah
Khadijatul Kubra. Seorang wanita bangsawan yang dengan setia mendampingi
Muhammad al-Musthafa dalam perjuangan dakwahnya.
Seorang wanita bersahaja yang
menafkahkan seluruh kekayaan miliknya demi menegakkan izzah Islam di jazirah
bumi Arabia.
Nama lengkapnya Khadijah binti
Khuwailid bin Asad bin Abdul ‘Uzza, biasa dipanggil Ummu Hindun, dan digelari Ummul
Mukminin (Ibunya orang-orang yang beriman).
Beliau lahir di kota Mekkah tahun
68 sebelum hijrah. Pada masa Jahiliyyah ia dipanggil “at-Thahirah” (wanita
suci), karena ia senantiasa menjaga kehormatan dan kesucian dirinya; tidak
pernah ikut menyembah berhala.
Orang-orang Quraisy menyebutnya
sebagai “Pemimpin Wanita Quraisy”.
Khadijah seorang wanita yang
terpandang dan memiliki kekayaan yang berlimpah yang diinvestasikan dalam
bidang perdagangan.
Sebelum menikah dengan Nabi
Muhammad Saw, sebelumnya Khadijah telah menikah dengan dua orang suami yang
bernama Atiq bin Audz at-Tamimi dan Abu Halah at-Tamimi.
Dari suami pertama dikarunia
seorang putri bernama Hindun dan suami kedua dikarunia seorang anak lelaki dan
seorang anak perempuan.
Rasulullah meminang sayyidah
Khadijah disebabkan keluhuran budi pekertinya. Ketika itu usia Khadijah 40
tahun dan usia Muhammad muda 25 tahun.
Dalam pernikahan yang membahagiakan
itu, mereka dikarunia 6 orang putra-putri, diantaranya: Abdullah, Qasim,
Zainab, Fathimah, Ruqayah, dan Ummu Kultsum.
Khadijah adalah seorang wanita yang
pertama kali beriman di muka bumi ini. Beliau adalah orang yang meneguhkan dan
menenangkan hati Nabi Saw ketika beliau merasa gundah dan tergoncang jiwanya
saat menerima wahyu pertama kali di gua Hira.
Khadijah yang meyakinkan bahwa
Allah telah mengangkat Nabi Saw sebagai seorang Nabi dari keterangan yang ia
dapatkan dari seorang Ahlu Kitab bernama Waraqah bin Naufal.
Berbekal kegigihan dan kesabaran,
hampir setiap pekan –terlebih pada bulan Ramadhan- Sayyidah Khadijah
mengantarkan makanan seadanya di pegunungan Hira untuk hidangan berbuka suami
Muhammad tercinta.
Sampai suatu hari, Khadijah agak
terlambat datang membawakan makanan, Nabi Saw agak cemas menunggu, maka
turunlah malaikat Jibril dan menyampaikan titipan salam dari Allah untuk ibunda
Khadijah yang mulia.
Jibril berkata kepada Nabi Saw,
“Wahai Nabiyullah! Ini Khadijah telah datang membawa sebuah wadah yang
di dalamnya ada lauk pauk, makanan dan minuman. Jika dia telah menemuimu, maka
sampaikan kepadanya salam dari Rabb-nya dan dari saya (Jibril).
Sampaikan juga berita gembira
kepadanya dengan sebuah rumah di dalam surga yang terbuat dari mutiara yang di
dalamnya tidak ada kebisingan dan kesusahan.” [HR. Bukhari].
Sampai setelah wafatnya pun,
Rasulullah Saw seringkali mengenang dan memuji kebaikan serta perjuangan
Khadijah, sampai-sampai Sayyidah Aisyah pernah cemburu.
“Betapa seringnya engkau menyebut Khadijah,
bukankah Allah telah menggantikan engkau dengan seseorang yang lebih baik
darinya?”
Nabi Saw menjawab ”Allah tidak
menggantikan aku wanita yang lebih baik darinya.
Dia beriman di saat semua orang
mengingkariku, ia mempercayaiku di saat orang mendustakanku, ia menolongku
dengan hartanya di saat orang lain tidak menolongku, dan Allah mengaruniakan
kepadaku putra (dari hasil perkawinan dengan) nya sedang wanita-wanita yang
lain tidak.”
Rasululullah pernah bersabda, “Wanita
surga yang paling utama, ialah Khadijah binti Khuwailid, Fatimah binti
Muhammad, Asyiah isteri Fir’aun dan Maryam bin Imran.” [HR. Ahmad]
Sayyidah Khadijah meninggal pada 10
Ramadhan di tahun 10 kenabian (+620 M). Beliau dimakamkan di kawasan pekuburan
Mua’la di Hujun Makkah.
Wafatnya Khadijah menjadi duka
mendalam bagi Nabi Saw, sehingga pada tahun kewafatannya disebut dengan “‘Am
al-Huzn” atau Tahun Kesedihan.
Semoga para wanita muslimah dapat
meneladani sosok mulia Sayyidah Khadijah dalam mengemban amanah sebagai seorang
istri yang berbakti pada suami dan Rabb-Nya.
Khususnya pengabdiannya melayani
suami dan anak-anaknya yang sedang menjalankan ibadah puasa di bulan Ramadhan
yang penuh dengan keberkahan dan kemuliaan ini.
Amin ya Rabbal amin.
- KH. DR. Miftah el-Banjary, MA Penulis National Bestseller | Dosen | Pakar Linguistik Arab & Sejarah Peradaban Islam | Lulusan Institute of Arab Studies Cairo Mesir.