Ilustrasi foto (Sugi Nur/MalangTimes) |
Penulis: Kurdi Fadal
Atorcator.Com - Seorang
pemuda Salafi pernah mengisahkan pengalamannya saat ia berdakwah di Srilangka.
Di sana dia menjumpai banyak kawan dalam berdakwah. Di antara mereka ada da’i
dengan semangat yang menggelora, piawai dengan tutur bahasanya, dan mampu
menyihir masyarakat audiennya saat ia tampil berbicara.
Namun, sang da’i seringkali
mengeluarkan fatwa yang ‘tidak biasa’ dan menyimpang dari pemahaman Ahlus
Sunnah. Saat ada orang berusaha meluruskan, dia langsung menanggapinya dengan
nada emosional dan sinis, seolah dirinya paling benar, bahkan mengajaknya bersumpah
‘mubahalah’.
Kondisi di Srilangka rupanya
merembet ke Indonesia. Ada sebagian tokoh da’i yang selalu merasa paling benar,
menilai yang lain menyimpang. Bahkan lebih parah, ia tidak sungkan mencela dan
mengumpat atas nama agama di beberapa show ceramahnya. Dan sumpah ‘Mubahalah’
menjadi andalannya.
Apa itu ‘Mubahalah’?
Mubahalah berarti sumpah untuk
saling melaknat ( mula’anah ) dan mendoakan agar dijauhkan dari rahmat Allah.
Sumpah ini dilakukan untuk membuktikan siapa yang benar dan siapa yang salah
atau berdusta.
Dalam Alquran ‘mubahalah’
disebutkan dalam QS. Ali ‘Imran: 61
“Katakanlah kepada mereka, Marilah
kita memanggil anak-anak kami dan anak-anak kamu, isteri-isteri kami dan
istri-istri kamu, diri kami dan diri kamu; kemudian marilah kita bermubahalah
dan kita minta supaya laknat Allah ditimpakan kepada orang-orang yang dusta.”
Ayat ini turun sebagai respon
terhadap perdebatan yang terjadi antara Nabi dengan umat Nasrani tentang status
nabi Isa. Bagi mereka, nabi Isa adalah ‘Anak Tuhan’, namun wahyu Alquran
membantahnya. Mereka bersikukuh dan Nabi juga mempertahankan kebenaran wahyu.
Kemudian Nabi diperintahkan untuk
mengajak mereka bersumpah ‘mubahalah’ dengan membawa keluarga masing-masing.
Saat waktu yang ditentukan tiba, Nabi datang bersama keluarga intinya: Fatimah,
Hasan, Husein, dan Ali bin Abi Thalib.
Sebelum melaksanakan kesepakatan,
Nabi mengingatkan kembali kaum Nasrani tentang efek buruk dari sumpah
‘mubahalah’. Hingga akhirnya mereka menggagalkan sumpah laknat tersebut.
Kemudian Nabi mengajak mereka masuk Islam namun ajakan itu mereka tolak. Mereka
lebih memilih berdamai dan bersedia membayar upeti.
Mengapa mereka suka bermubahalah?
Apakah mereka hendak mengikuti sunnah Nabi?
Padahal sangat jelas, ‘Mubahalah’
tidak pernah benar-benar terjadi pada masa risalah. Nabi memang pernah
merencanakannya karena perintah Allah, namun itu tidak pernah menjadi
sunnahnya.
Mengapa mereka bermubahalah dan
melaknat saudara sendiri sesama Muslim?
‘Mubahalah’ yang pernah direncanakan
Nabi hanya terjadi dengan orang Nasrani, kaum yang tidak mau menerima kebenaran
wahyu Ilahi. Nabi tidak pernah mau melakukan kepada sesama Muslim.
Apa yang ingin mereka buktikan
dengan sumpah ‘mubahalah’?
Nabi hendak bermubahalah dengan
kaun Nasrani, umat beragama yang mengira nabi Isa sebagai ‘tuhan, atau Anak
Tuhan. Itu tentang teologi, ketauhidan, dan bukan yang lain. Kebenaran
wahyu tidak bisa mereka sembunyikan karena terbukti mereka melakukan kedustaan.
Mengapa mereka melaknat dan
bermubahalah sendiri?
‘Mubahalah’ hanya dilakukan antara
dua belah pihak yang saling meyakini kebenaran masing-masing dan sama-sama
mendustakan kepada yang lain, bukan melakukannya sendirian, tidak melaknat
sendiri lalu diviralkan melalui media.
Apa yang mereka inginkan?
Mungkin mereka sedang mengira
orang-orang yang dilaknat itu sudah sudah keluar dari Islam, atau mereka anggap
orang yang tidak sepaham telah menginkari kebenaran Tuhan. Mereka menilai hanya
pilihan mereka yang sesuai dengan ajaran Islam. Mungkin juga mereka menuduh
orang yang tak sependapat adaalah bagian dari orang munafik.
Jika benar demikian, banyak sekali
umat Islam yang mereka laknat. Tak terhitung jumlah orang yang mereka anggap
sebagai pengingkar Tuhan. Jutaan orang Islam yang mereka nilai telah keluar
dari ajaran Islam.
Semoga tidak demikian...!
“Aku tidak diutus sebagai pelaknat,
tapi hanya untuk membawa rahmat ” demikian sabda Nabi.
Kita cermati dawuh seorang Syeikh
Arab Saudi; Abdul Wahhab bin Nashir al-Thariri
Hindari mubahalah
Sebab itu tak terjadi di masa
Rasulullah
Kaum Muslimin disatukan dengan
‘Islam’, agama yang mencintai kebaikan dan kedamaian.
Hindari tuduhan dusta kepada sesama
kaum beriman, apalagi melaknat atas nama Tuhan.
Hendaknya saling menguatkan sisi
persamaan, dengan hati tenang mengurai perbedaan.
======
Quote of the Day:
“Kau laknat sesama Muslim, tapi kau kasihi yang lain.”
- Kurdi Fadal Dosen IAIN Pekalongan dan Alumni Ma'had Aly Situbondo