Ilustrasi foto (KH Sahal Mahfudz/nujabar.or.id) |
Penulis: Jamal Ma’mur Asmani
Atorcator.Com - Bagi santri Kajen, Ramadan adalah saat melimpah "ngangsu
kaweruh" dengan Sang Maestro Fiqh-Ushul Fiqh, KH MA Sahal Mahfudh.
Non Ramadan, santri Kajen biasanya hanya ikut pengajian
kilatan Kiai Sahal yang diadakan Pesantren Maslakul Huda. Kitab-kitab kecil
saat pengajian kilatan yang dibaca Kiai Sahal, antara lain: Fathul Jawwad Dan
Risalah Jamiah.
Saat Ramadan lah Kiai Sahal Mahfudh, minimal sampai malam
tanggal 17 Ramadan, menyediakan waktu khusus untuk para santri.
Berbagai kitab Kuning, khususnya fiqh, Ushul fiqh, tasawuf,
Dan motivasi dibaca Kiai Sahal dengan Jelas Dan sarat makna.
Jam'ul Jawami', Lubbul Ushul, Al Ihkam fi Ushulil Ahkam, Al
Bayanul Mulamma' An Al Alfadzil Luma', Syarah Waraqat, Mawahib As Saniyyah, Dan
Idhdhatun Nasyiin adalah sebagian kitab yang dibaca Kiai Sahal saat Ramadan.
Percikan Pemikiran Kiai Sahal
Kiai Sahal sering memberikan "keywords" dalam
kitab-kitab yang dibaca, antara lain yang Saya ketahui:
Pertama, ketika menjelaskan bait kitab Tashil at Thuruqat:
وعلمنا معرفة المعلوم - أن طابقت لوصفه المختوم
Definisi ilmu adalah mengetahui obyek sesuai fakta
obyektifnya.
Ketika membaca المعلوم
Kiai Sahal menjelaskan "sesuatu yang bisa diketahui, meskipun sampai
sekarang belum diketahui".
Kata kunci ini menyadarkan sekaligus menggugah santri untuk
mengungkap rahasia-rahasia ilmu yang belum muncul ke permukaan.
Santri seyogianya bercita-cita menjadi penemu ilmu (الواضع),
sebagaimana Imam Syafii yang mampu menemukan Dan merumuskan ilmu ushul fiqh
sebagai disiplin ilmu yang dahsyat karena mampu menjembatani rigiditas teks Dan
liberalitas akal.
Masih banyak peluang menemukan ilmu-ilmu baru dengan banyak
membaca, analisis, kontemplasi, eksperimentasi, Dan riset mendalam. Santri
Harus Punya rasa cinta mengungkap hal-hal baru (حب الاستطلاع)
sebagai kunci menemukan ilmu baru yang bermanfaat bagi peradaban umat manusia.
Ingat sejarah lahirnya ilmu Nahwu yang ditemukan Dan ditulis
oleh Abu Al Aswad Ad Duali hanya gara-gara Anak gadisnya Salah mengucapkan
kata-kata Arab yang tidak sesuai dengan kaidah bahasa Arab yang benar.
Maka, peluang menemukan Dan menulis ilmu baru Terbuka lebar
dengan proses pengamatan, analisis, Dan kajian mendalam.
Kedua, ketika menjelaskan pengertian ijtihad dalam kitab Al
Bayanul Mulamma'.
Ketika itu Kiai Sahal menjelaskan dengan istilah "sampai
pol". Artinya, seorang Mujtahid dalam proses ijtihadnya Harus mengerahkan
seluruh potensi Terbaik dalam menggali Dan merumuskan hukum sampai pada tahap
akhir di Mana IA Tidak mampu lagi menambah ilmu yang IA dapatkan.
Sampai pol atau sampai akhir menggambarkan kesungguhan
paripurna seorang ilmuwan dalam nalar kritis konstruktifnya dalam menggali ilmu
sampai ke dalam-dalamnya.
Statement Kiai Sahal ini memotivasi santri untuk berlatih
berijtihad dalam arti mencurahkan seluruh kemampuan terbaiknya dalam thalabul
Ilmi sepanjang waktu supaya mampu menguasai ilmu sebagaimana ulama-ulama besar
Masa lalu.
Krisis Ulama mutafaqqih Fiddin bisa diatasi jika santri Punya
kesungguhan total dalam thalabul Ilmi dengan menggerakkan spirit ijtihad secara
bahasa, yaitu mencurahkan potensi Terbaik untuk mencapai tujuan.
Ketiga, ketika menjelaskan definisi hukum dalam kitab جمع الجوامع:
والحكم خطاب الله المتعلق بفعل المكلف
Hukum adalah firman Allah yang terkait dengan perbuatan
mukallaf.
Kiai Sahal mengartikan فعل المكلف
dengan kata operasional.
Kata operasional ini menyadarkan para santri supaya disiplin
ilmu fiqh yang concern pada kajian hukum mampu menghadirkan konsep yang
operasional sehingga bisa diterapkan di lapangan. Fiqh jangan hanya berada di
Alam ideal, di Langit, di dunia teori, di menara gading, tapi Harus membumi
supaya Selalu relevan Dan memberikan kontribusi pada transformasi sosial yang
sedang terjadi.
Demikian Kiai Sahal, ketika mengaji kitab, Selalu ada
kata-kata kunci yang menggugah para santri untuk lebih semangat mengembangkan
ilmu sebagai kunci Kebangkitan Islam di Masa depan.
Semoga berkah ilmu Kiai Sahal Selalu menyinari hati Dan
mencerahkan akal para santri dalam thalabul Ilmi, Amin.
- Jamal Ma’mur Asmani Direktur Lembaga Studi Kitab Kuning (LESKA) Pati Jawa Tengah