Penulis: Kurdi
Fadal
Atorcator.Com -
“Orang yang berpuasa akan mendapatkan dua kebahagiaan sekaligus:
kebahagiaan saat berbuka dan ketika bertemu dengan Tuhannya.” Ini adalah janji
Tuhan melalui pesan Nabi.
Orang berpuasa
akan merasakan kebahagiaan saat berbuka. Tak perlu banyak argumen untuk
menjelaskannya. Kebahagiaan itu tampak saat melepas dahaga dan lapar atau
melampiaskan ‘hasrat’ bersama pasangan yang seharian ditahan dan tidak bisa
dilakukannya.
Kebahagiaan
itulah yang dirasakan bagi muslim awam. Kebahagiaan bagi mereka adalah kepuasan
fisik-biologis semata. Suasana saat berbuka terasa berbeda dari hari-hari lain
yang dijalani tanpa puasa, yang bebas melakukan apapun yang tak dilarang di
siang hari bulan Ramadhan.
Namun bagi
sebagian yang lain, suasana berbuka terasa istimewa. Bukan karena mereka
bahagia bisa melepas dahaga dan lapar, namun karena di hari itu mereka telah
berhasil menyempurnakan ibadahnya, mampu menahan nafsu biologisnya, dan meredam
sikap tak terpuji lainnya.
Kebahagiaan itu terasa lebih sempurna ketika mereka telah sampai di penghujung Ramadhan dan saat Idul Fitri tiba. Mereka merasakan kenikmatan dan kebahagiaan karena telah mampu menjalani ibadah puasa selama sebulan tanpa jeda khususnya bagi yang tak punya alasan meninggalkannya.
Mereka berhasil
menjalankan ibadah puasa sebagai wahana untuk melatih jiwa, meredam kekuatan
amarah, menahan nafsu hewaniah, menghindari sifat serakah, dan membuang jauh
dorongan syahwat yang sering menjadi penyebab rendahnya derajat manusia. Mereka
melakukan ibadah puasa secara ikhlas karena Tuhan dan hanya karena-Nya,
semata-mata mengharap ridha dari-Nya.
Saat itulah
mereka dinilai telah berhasil menggapai fitrah. Itulah cermin dari nilai ketakwaan
yang telah menjadi tujuan utama titah-Nya.
Puasa mereka
mendapatkan balasan langsung dari Tuhan. “Ibadah puasa adalah bagian-Ku dan Aku
yang akan membalasnya sendiri,” kata hadis Qudsi yang disampaikan melalui Nabi.
Kepada mereka
dijanjikan kebahagiaan di surga nanti. Mereka akan merasakan kebahagiaan hakiki
saat ‘bertemu dengan Sang Pencipta’.
Mengapa yang
dijanjikan berupa kebahagiaan ‘bertemu dengan Tuhan’?
‘Bertemu dengan
Tuhan’ di surga kelak adalah kenikmatan puncak bagi hamba manusia pilihan-Nya,
yang ikhlas menjalankan titah agama dan mampu memberikan efek kebaikan bagi
kehidupan sesama. Bagi mereka, mencintai dan merindukan Tuhan menjadi tujuan
utama penghambaannya.
Mereka tidak
mengharapkan bidadari karena itu bukan tujuan dari ibadah puasanya. Bagi
mereka, kenikmatan mendapatkan bidadari hanya manivestasi kepuasan duniawi.
Mereka juga
tidak menginginkan kenikmatan makanan yang lezat, minuman yang menyegarkan,
atau telaga yang indah di surga nanti, karena kenikmatan itu hanya diharapkan
oleh manusia yang berpikir kesenangan ragawi semata.
Mereka tidak
mengharapkan semua itu meski Tuhan pasti akan menyediakannya.
Quote of the
Day:
“Gapailah kebahagiaan dunia dan berbagilah dengan sesama, maka kenikmatan surgawi akan menanti.”
Wallahul
Muwaffiq
- Kurdi Fadal Dosen IAIN Pekalongan dan Alumni Ma'had Aly Situbondo