Penulis: Prof. Rochmat
Wahab
Atorcator.Com -
Revolusi Mental di awal munculnya sebagai wacana bangsa sangat
mengejutkan, karena di balik itu ada harapan dan semangat yang sangat terpuji.
Keinginan untuk menjadikan individu ummat atau rakyat melakukan reformasi
karakter, perilaku dan peradaban. Namun apa yang terjadi belakangan, Revolusi
Mental secara berangsur-berangsur hilang dari percakapan dan terlindas oleh derasnya
arus pragmatism, hedonism, kepatilatisme, dan materialism.
Sebagai insan
dan bangsa yang masih memiliki cita-cita, menurut kami bahwa Revolusi Mental
masih relevan dengan misi Ramadan. Karena itu itu Ramadan saat ini seyogyanya
dapat dijadikan suatu momentam untuk merefresh spirit Revolusi Mental untuk
mengoreksi dan memperbaiki perilaku kita yang masih abaikan karakter bangsa
yang pancasialis dan agamis.
Perilaku
bangsa, terutama para pimpinan di semua level dan sektor secara lahiriyah
seakan-seakan sudah ada kemajuan yang berarti, yang diindikasikan dengan
kemajuan infrastruktur yang dalam batas tertentu baru memuaskan sejumlah fihak
yang berkepentingan (stakeholders). Walaupun masih ada hal lain yang
menjadi sorotan karena kurangnya relevan dengan kebutuhan masyarakat di daerah
tertentu, sehingga di-klaim terjadi potensi inefisiensi.
Belum lagi
mengingat beban yang akan dihadapi generasi penerus untuk membayar hutang. Juga
dengan terbatasnya para fihak pengawal implementasi Revolusi Mental yang kurang
disiplin dan sungguh-sungguh, sehingga masih terjadi juga pelanggaran
hukum, etika organisasi, dan integritas pejabat yang terwujud dalam pelanggaran
KKN masih cukup banyak, apakah yang mengena eksekutif, legislative, yudikatif,
dan politisi, dan lain-lainnya. Kondisi yang demikian ditambah dengan
organisasi sipil yang mesih lemah dalam melakukan kontrol juga, yang mungkin
dalam batas tertentu tidak melakukan kontrol sosial dan moral.
Ramadan 1401
diharapkan sekali dapat dijadikan momentum semua, terutama para pengawal moral
semua sektor, terutama orarganisasi keagamaan dengan tanggung jawabnya yang
sangat berat, yang seharusnya mampu menunjukkan jati dirinya sebagai institusi
independen, dengan cara yang bijak. Kita menumbuhkan spirit Ramadan yang
dipilih oleh Allah swt untuk menurunkan ayat pertama sebagai tanda kerosulan.
Yang paling utama Rasulullah diperitahkan dan dibangkitkan di atas bumi
semata-semtauntuk menyempurnakan akhlaq, Yang tertuang dalam hadistnya “Innamaa
bu’itstu liutammimaa makaarimal akhlaaq” (HR Imam Bukhari). Kondisi
saat itu di Arab digambarkan dengan masyarakat jahiliyyah (dalam kebodohan).
Kebodohan di
sini bukan dimaknai bodo secara ilomu, melainkan bodoh dari sisi moral,
sehingga merusak tata kehidupan. Yang digambarklan dengan membunuh hidup
anak-anaknya dan semaraknya kehidupan maksiyat lainnya, serta menyembah
berhala, patung-patung dibuat dan dipuji sendiri. Karena itu misi Rasulullah
dihadirkan semata untuk mengeluarkan kehidupan yang gelap menuju kehidupan yang
terang (fa akhrijna minadh dhulumaati ilan nuur). Upaya Rasulullah saw
dikuatkan oleh Allah swt melalui firman-Nya dalam QS. al-Baqarah: 257,
yang artinya: “Allah pelindung orang-orang yang beriman. Dia mengeluarkan
mereka dari kegelapan (kekafiran) kepada cahaya (iman). Dan orang-orang yang
kafir, pelindung-pelindungnya adalah setan, yang mengeluarkan mereka dari
cahaya kepada kegelapan (kekafiran). Mereka adalah penghuni neraka. Mereka
kekal di dalamnya.”
Untuk dapat
memperoleh hikmah sebanyak-banyaknya dari Ramadan 1440 H, kita dapat melakukan
evaluasi diri terhadap perilaku kita secara personal dan institusional,
sehingga dapat memperoleh gambaran tentang posisi perilaku religius kita.
Dengan mengetahui kemajuan dan posisi kita, serta persoalan kita, insya Allah
dengan semangat menuju kehidupan yang lebih baik di dunia dan di akhirat, kita
bisa lakukan kendali diri dan control diri, serta manajemen diri yang kebih
baik, sehingga kita bisa mengeliminir dan mungkin bisa meniadakan kebijakan dan
perilaku yang tak bermanfaat dan merugikan orang atau fihak lain. Dalam waktu
yang sama, kita memperbaiki kebijakan dan pelaksanaan aktivitas kehidupan
dengan cara-cara berintegritas, baik dan terpuji, sehingga memberikan manfaat
sebanyak-banyaknya, baik untuk memperbaiki akhlak dan perilaku kita sendiri dan
institusi yang menjadi tanggung jawab kita.
Untuk
mengimplementasikan Revolusi Mental secara bertanggung jawab dan untuk meraih
kesuksesan besar, maka usaha kita harus bisa diwujudkan dalam bentuk Gerakan
yang melibatkan semua, dengan keteladanan parta pimpinan formal dan informal,
di samping berawal dari dukungan dan keterlibatan keluarga masing-masing, Mari
kita jadikan spirit Ramadan yang memiliki misi propetik, kita jadikan modal
utama untuik membangun bangsa berkarakter, berdaulat dan bermartabat.
Mari bangga
dengan bisa menjadi pemain kunci di manapun berada, dan merasa malu sekali
untuk tidak mau peduli. Satu contoh yang dapat kita lihat, bahwa tujuh tahun yang
lalu kondisi moral di China masih belum akui pentingnya perilaku moral, namun
dua tahun lalu ketika saya melakukan resigning MoU dengan salah satu
universitas di China Selatan, di sana sudah terjadi perubahan yang sangat
signifikan, bahkan terkesan sekali baru saja terjadi revolusi mental. Dari
wilayah yang kumuh perilaku asosial, penyimpangan perilaku sosial, menjadi
wilayah yang diwarnai dengan perilaku yang bermoral. Kondisi ini didukung oleh
semua institusi, termasuk masyarakat yang menunjukkan ketaatan terhadap
kesepakatan dan aturan yang ada.
Rasanya indah
sekali jika Spirit Ramadan dapat mewarnai secara signikan implementasi Revolusi
Mental di tanah air. Perilaku pancasialis dan agamis harus diwujudkan secara
nyata oleh semua, bukan “panas-panas tahi ayam”. Semua terlibat mengawal dan
mengimplentasikannya dalam bentuk gerakan. Insya Allah dengan menjadikan
Indonesia bersih, berkarakter dan bermartabat akan membanggakan kita semua dan
bangsa, serta seluruh manusia di muka bumi. Sebagai wujud rahmatan lil-alamin.
Yang diuntungkan bukan makhluk manusia saja melainkan juga makhluk lingkungan
fisika dan sosial, bahkan makhluk mati pun merasa mendapatkan kebaikannya.
Semoga Allah swt membimbing kita semua dan meridloinya. Amin.