Ilustrasi foto (FB-Sumanto) |
Penulis: Sumanto Al Qurtuby
Atorcator.Com - Bagi mayoritas
masyarakat Indonesia, Yaman dianggap sebagai "negeri para habib"
lantaran banyak habib (jamak: haba'ib), baik yang waras maupun yang degleng,
yang asal-usul, leluhur, atau kakek-nenek moyangnya dari Yaman.
Sangking tidak
tau dan lugunya, semua orang Arab Yaman dianggap sebagai "habib". Bukan
hanya itu saja, sangking unyunya, semua orang (Arab) Yaman dianggap ahli Islam.
Rasanya ingin mijit kepala mereka dengan til-martil.
Padahal,
sejarahnya, kelompok habib (atau disebut "kaum sadah") ini cuma
seupil saja. Yang kebetulan ahli studi Islam juga cuma seupil nduwil.
Selebihnya adalah warga (Arab) Yaman non-habib dan non-spesialis studi Islam
dari kalangan kelas sosial-ekonomi rendahan.
Dulu, mereka
rela berkelana terlunta-lunta dan berlayar menyusuri samudra ke kepulauan
Melayu-Indonesia karena daerahnya sering dilanda perang, kerusuhan, paceklik,
dan kelaparan. Hingga kini, Yaman, oleh PBB, digolongkan sebagai salah satu
negara terkere di dunia yang susah mendapatkan akses minuman, makanan,
pendidikan, apalagi pekerjaan.
Sebagian dari
mereka hilir-mudik pulang ke Yaman, sebagian lagi cuma ngirim uang dengan
dititipkan teman atau saudara yang mudik, sebagian lagi kawin-mawin dengan
penduduk lokal Melayu-Indonesia. Keturunan mereka, anak-cucunya sekarang,
beraneka ragam profesi dan tingkah polahnya. Ada yang jadi pedagang kain,
pedagang tasbih, pendagang minyak wangi, sampai pedagang agama juga ada. Yang
akademisi juga ada, yang tukang demo juga ada. Yang jadi birokrat ada, yang
jadi "biropret" juga ada.
Di Yaman sendiri,
komunitas habib ini mayoritas terkonsentrasi di Yaman selatan, tepatnya
Hadramaut, lebih tepatnya lagi Tarim. Diluar itu ya komunitas non-habib.
Seperti negara-negara lain di Timur Tengah dan dunia manapun, populasi Yaman
juga beraneka macam kelompok etnik, agama, ideologi dan politik.
Yang menarik,
Yaman adalah sebagai salah satu basis Komunisme paling kuat di Timur Tengah dan
pernah menguasai politik-pemerintahan serta mampu bertahan hingga kini (saya
pernah menulis tentang ini di Deutsche Welle). Bahkan ada juga tokoh-tokoh elit
Komunis Yaman ini yang dari kemunitas habib.
Yaman juga
menjadi rumah bagi sekelompok umat Yahudi yang sering disebut "Yahudi
Yaman" (al-Yahudu al-Yamaniyun) atau kadang disebut "Teimanim"
yang berbeda secara substansial dengan kelompok Yahudi Ashkenazi, Sephardi,
Mizrahi dan lainnya. Foto di bawah ini adalah salah satu contoh kelompok Yahudi
Yaman. Mereka sedang membaca salah satu bagian dari kitab Bibel Ibrani.
Sejarah Yahudi
Yaman ini sangat panjang sekali lebih panjang dari jalan "Tol
Jokowi". Jadi mungkin lain kali saja saya tulis. Di Yaman, populasi umat
Yahudi tersebar di berbagai daerah: Sana'a, Sada'a, Sa'dah, Dhamar, Aden, dlsb.
Mereka juga ada yang tinggal di Israel, Amerika, Lebanon, dlsb.
Seperti umat
Yahudi lain, kelompok Yahudi Yaman juga memiliki berbagai tokoh legenda dan
sarjana ternama yang sangat masyhur. Diantara mereka adalah Salim al-Syabazzi
Masyta atau Rabbi Syalom bin Yusuf Syabazzi.
Jabal Dhahran,
Jazirah Arabia
Sumber: Facebook Sumanto Al Qurtuby
- Sumanto Al Qurtuby Antropolog budaya di King Fahd University of Petroleum and Minerals, Arab Saudi