Ilustrasi Foto (Mbah Wahab Hasbullah) |
Penulis: Shuniyya Ruhama
Atorcator.Com - Telah disimak oleh sejarah, semangat luar biasa kaum
santri dalam melawan penjajah di bawah komando Hadlrotusy Syaikh Muhammad
Hasyim Asy’arie mencapai puncaknya. Menjadi jihad semesta yang menggetarkan
dunia. Tentara Sekutu, dalam hal ini diwakili oleh Inggris sebagai pemenang
Perang Dunia Kedua dibuat gentar oleh santri.
Babak berikutnya, saat Belanda hendak menancapkan kukunya ke bumi pertiwi dan dilawan keras oleh para pejuang, Gusti Allah memanggil kekasihNya. Hadlrotusy Syaikh pun berpulang. Duka yang mengguncangkan jiwa ini tidak bisa disikapi dengan berpangku tangan dan meratap. Indonesia harus mempertahankan kemerdekaannya sampai titik darah penghabisan.
Maka, atas kesepakatan seluruh ulama, ditunjuklah Yang Mulia Simbah Kyai Haji Wahab Hasbullah sebagai Rais Am untuk meneruskan kepemimpinan Hadlrotusy Syaikh. Mengemban amanah, membawa santri se Indonesia untuk menertibkan barisannya lagi. Gelora juang pun kembali menggelegak, dan mencapai puncaknya dengan hengkangnya Belanda dari bumi pertiwi.
Masa khidmah Yang Mulia Mbah Wahab adalah yang terpanjang dalam sejarah NU. Mulai antara tahun 1947-1970. Di tahun-tahun itulah, beliau melewati masa-masa keretakan dan kegoncangan negeri yang begitu beliau cintai. Mulai dari Agresi Militer Belanda II, Pemberontakan PKI Madiun, Pemberontakan DI/TII, Pemberontakan PRRI/Permesta hingga kudeta berdarah G 30 S/PKI.
Sejak muda, pembaharuan brilian beliau yang sangat dirasakan manfaatnya adalah saat beliau mendapat restu dari Hadlrotusy Syaikh untuk mengijinkan santri putri menimba ilmu khusus di Pesantren. Restu ini didapat setelah terjadinya perdebatan seru antara beliau dengan junior beliau terhebat, yakni Yang Mulia Simbah Kyai Haji Bisri Syansuri. Maka sejak itu, kaum muslimah mendapatkan kesempatan yang setara dalam menimba ilmu. Beliaulah yang merintis dan diikuti oleh seluruh pesantren di Nusantara.
Uniknya, ide cemerlang ini justru pertama kali direalisasikan oleh Yang Mulia Simbah Kyai Haji Bisri Syansuri yang mendirikan Pondok Pesantren Putri pertama di Indonesia pada tahun 1921. Barulah Yang mulia Simbah Kyai Haji Wahab Hasbullah berkesempatan membuka Pondok Pesantren Putri pada tahun 1944.
Kepiawaian beliau juga terbaca, saat menjadi juru bicara dalam Komite Hijaz. Hingga kini tidak ada yang bisa memecahkan misteri bagaimana cara beliau berjumpa dan berhadapan serta membuat Raja Saud yang dikenal sebagai Raja yang beringas itu bisa mengabulkan permintaan beliau. Kita hanya bisa menikmati saja hasil perjuangan beliau. Yakni kebebasan bermadzhab di Saudi Arabia, orang di luar penganut madzhab Wahaby diperkenankan untuk naik haji, dan dibatalkannya pemusnahan kubah makam Kanjeng Nabi Agung Muhammad SAW.
Demikian pula saat bergabung di partai Masyumi, NU tidak memiliki keterwakilan yang memadai bahkan dijadikan bahan tertawaan, sebab NU jarang sekali memiliki sarjana. Yang Mulia Mbah Wahab bersikeras untuk keluar dari Masyumi, dan terbukti, NU berhasil menjadi salah satu partai terbesar pada Pemilu 1955. Dan setelah itu Masyumi dibubarkan karena banyak tokohnya yang terlibat dalam pemberontakan PRRI.
Beliau juga menyaksikan pergantian kepemimpinan dari Orde Lama kepada Orde Baru. Kembali beliau dengan sukses mengantarkan NU menjadi jam’iyah yang sanggup bertahan walau seribu jaman berganti. Pada tahun 1970 nikmat beliau telah dicukupkan dan dipanggil oleh kekasihNya.
Beliau telah menorehkan sejarah emas bagi bangsa Indonesia. Karena itulah, tidak heran jika beliau di kemudian hari diberi gelar sebagai Pahlawan Nasional Indonesia.
Ila hadlroti arwahi Yang Mulia Hadlrotusy Syaikh Muhammad Hasyim Asy’arie, Yang Mulia Simbah Kyai Haji Abdul Wahab Hasbullah, Yang Mulia Simbah Kyai Haji Bisri Syansuri wa azwajihim wa dzurriyatihim wa silsilatihi wa ashhabihim wa muridihim wa muhibbihim syai-un lillahu lana wa lahum al fatihah…
________________________________________
Babak berikutnya, saat Belanda hendak menancapkan kukunya ke bumi pertiwi dan dilawan keras oleh para pejuang, Gusti Allah memanggil kekasihNya. Hadlrotusy Syaikh pun berpulang. Duka yang mengguncangkan jiwa ini tidak bisa disikapi dengan berpangku tangan dan meratap. Indonesia harus mempertahankan kemerdekaannya sampai titik darah penghabisan.
Maka, atas kesepakatan seluruh ulama, ditunjuklah Yang Mulia Simbah Kyai Haji Wahab Hasbullah sebagai Rais Am untuk meneruskan kepemimpinan Hadlrotusy Syaikh. Mengemban amanah, membawa santri se Indonesia untuk menertibkan barisannya lagi. Gelora juang pun kembali menggelegak, dan mencapai puncaknya dengan hengkangnya Belanda dari bumi pertiwi.
Masa khidmah Yang Mulia Mbah Wahab adalah yang terpanjang dalam sejarah NU. Mulai antara tahun 1947-1970. Di tahun-tahun itulah, beliau melewati masa-masa keretakan dan kegoncangan negeri yang begitu beliau cintai. Mulai dari Agresi Militer Belanda II, Pemberontakan PKI Madiun, Pemberontakan DI/TII, Pemberontakan PRRI/Permesta hingga kudeta berdarah G 30 S/PKI.
Sejak muda, pembaharuan brilian beliau yang sangat dirasakan manfaatnya adalah saat beliau mendapat restu dari Hadlrotusy Syaikh untuk mengijinkan santri putri menimba ilmu khusus di Pesantren. Restu ini didapat setelah terjadinya perdebatan seru antara beliau dengan junior beliau terhebat, yakni Yang Mulia Simbah Kyai Haji Bisri Syansuri. Maka sejak itu, kaum muslimah mendapatkan kesempatan yang setara dalam menimba ilmu. Beliaulah yang merintis dan diikuti oleh seluruh pesantren di Nusantara.
Uniknya, ide cemerlang ini justru pertama kali direalisasikan oleh Yang Mulia Simbah Kyai Haji Bisri Syansuri yang mendirikan Pondok Pesantren Putri pertama di Indonesia pada tahun 1921. Barulah Yang mulia Simbah Kyai Haji Wahab Hasbullah berkesempatan membuka Pondok Pesantren Putri pada tahun 1944.
Kepiawaian beliau juga terbaca, saat menjadi juru bicara dalam Komite Hijaz. Hingga kini tidak ada yang bisa memecahkan misteri bagaimana cara beliau berjumpa dan berhadapan serta membuat Raja Saud yang dikenal sebagai Raja yang beringas itu bisa mengabulkan permintaan beliau. Kita hanya bisa menikmati saja hasil perjuangan beliau. Yakni kebebasan bermadzhab di Saudi Arabia, orang di luar penganut madzhab Wahaby diperkenankan untuk naik haji, dan dibatalkannya pemusnahan kubah makam Kanjeng Nabi Agung Muhammad SAW.
Demikian pula saat bergabung di partai Masyumi, NU tidak memiliki keterwakilan yang memadai bahkan dijadikan bahan tertawaan, sebab NU jarang sekali memiliki sarjana. Yang Mulia Mbah Wahab bersikeras untuk keluar dari Masyumi, dan terbukti, NU berhasil menjadi salah satu partai terbesar pada Pemilu 1955. Dan setelah itu Masyumi dibubarkan karena banyak tokohnya yang terlibat dalam pemberontakan PRRI.
Beliau juga menyaksikan pergantian kepemimpinan dari Orde Lama kepada Orde Baru. Kembali beliau dengan sukses mengantarkan NU menjadi jam’iyah yang sanggup bertahan walau seribu jaman berganti. Pada tahun 1970 nikmat beliau telah dicukupkan dan dipanggil oleh kekasihNya.
Beliau telah menorehkan sejarah emas bagi bangsa Indonesia. Karena itulah, tidak heran jika beliau di kemudian hari diberi gelar sebagai Pahlawan Nasional Indonesia.
Ila hadlroti arwahi Yang Mulia Hadlrotusy Syaikh Muhammad Hasyim Asy’arie, Yang Mulia Simbah Kyai Haji Abdul Wahab Hasbullah, Yang Mulia Simbah Kyai Haji Bisri Syansuri wa azwajihim wa dzurriyatihim wa silsilatihi wa ashhabihim wa muridihim wa muhibbihim syai-un lillahu lana wa lahum al fatihah…
________________________________________
- Nyai Shuniyya Ruhama Pengajar di PPTQ Al Istiqomah Weleri-Kendal Jawa Tengah