Penulis: Moh. Syahri
Atorcator.Com
- Perasaan
dilematis ini biasanya muncul ketika anak-anak baru lulus SMA, atau boleh jadi
ketika lulus S1. Karena umumnya standard minimal yang menjadi syarat
sebuah pekerjaan di Indonesia antara lulus SMA dan S1.
Memang
sebuah pilihan yang cukup menguras banyak pikiran. Sebab ketika sudah mencari
ilmu maka tak bisa maksimal mencari uang, ketika mencari uang maka tidak
maksimal mencari ilmu. Sikap dilematis ini konon pernah dialami oleh Abu Yusuf
(w. 182 H), salah seorang murid utama Imam Abu Hanifah (w. 150 H).
Keluarga
dari Abu Yusuf, secara ekonomi memang terbilang orang yang miskin. Bapak Abu
Yusuf masih membutuhkan tenaga anaknya untuk bisa bekerja membantu perekonomian
keluarganya. Suatu saat bapak Abu Yusuf berkata kepada anaknya “Nak sebaiknya
kamu berhenti saja ngaji dari Imam Abu Hanifah, kita ini orang yang nggak punya
apa-apa hidup Susah,”.
Di
tengah situasi yang menimpa dirinya itu, yang mana Abu Yusuf harus memutuskan
memilih salah satunya, mulailah dia bingung dan gamang. Pikiran dan perasaan
batinnya kian menggejolak. Jika dia harus terpaksa mencari ilmu maka otomatis
dia tidak bisa makan. Padahal dia ingin sekali mencari ilmu. Akhirnya ia
memilih berhenti mengaji dan tidak datang ke majelis Imam Abu Hanifah dan
tunduk pada perintah bapaknya.
Sungguh
ini situasi yang barangkali pernah terjadi di kalangan anak muda sekarang.
Bersyukurlah jika masih ada yang semangat mencari ilmu dengan kesempatan dan
waktu yang ada, biaya cukup. Akan tetapi, bagaimana dengan orang yang semangat
mencari ilmu sedangkan keadaannya tidak memungkinkan.
Mendengar
kabar itu, Imam Abu Hanifah segera memanggil Abu Yusuf untuk ditanya “Wahai Abu
Yusuf, saya dengar-dengar kamu berhenti ngaji karena soal ekonomi ya? Kalau
memang benar hanya masalah itu, ini saya kasih uang 100 dirham buat biaya hidup
kamu. Kamu harus melanjutkan ngajinya. Nanti kalau uang itu sudah habis segara
lapor ke saya. Akan saya kasih lagi”.
Subhanallah!
Abu Yusuf sangat gembira dan bersyukur bisa mendapatkan biaya hidup dari
gurunya. Tidak ada alasan lagi untuk tidak ngaji.
Pelajaran
yang bisa kita ambil dari kisah ini adalah semangat mencari ilmu itu penting.
Akan tetapi, semangat saja tentu tidak cukup tanpa disertai dengan kemapanan
ekonomi. Mari kita semangat mencari ilmu, bantuan dana pendidikan begitu banyak
digelontorkan untuk kita para pencari ilmu. Tinggal kita mau apa tidak
mendapatkan itu semua, mau berusaha apa tidak. Karenanya tidak ada alasan lagi
untuk tidak mencari ilmu sebanyak mungkin di tengah banyaknya biasiswa
pendidikan.
Kisah
di atas ini disadur dari kitab ad-Dzahabi, Siyar A’lam an-Nubala’ juz
7 halaman. 470. Wallahualam
*Tulisan ini sebelumnya dimuat di BincangSyariah
Moh. Syahri Founder Atorcator | Santri Pondok Pesantren Darul Istiqomah Batuan Sumenep