Penulis: Ahmad Sarwat, Lc.MA
Senin 2 September 2019
Atorcator.Com - Kalau ada benda yang paling bid'ah di dunia ini, maka jawabannya adalah mushaf Al-Quran 30 juz.
Sebab di zaman Nabi SAW tidak ada. Yang ada cuma lembaran kulit yang ditulisi ayat Al-Quran. Kadang ditulis di pelepah kurma, tulang atau batu pipih.
Sedangkan mushaf lengkap 30 juz yang ditata urutannya mulai dari surat Al-Fatihah, Al-Baqarah, Ali Imran sampai An-Nas, jelas tidak pernah ada sebelumnya.
Bahkan sebagaimana komentar Abu Bakar pada awalnya, Nabi SAW sendiri tidak pernah memerintahkan untuk menyusun mushaf 30 juz lengkap. Memberi isyarat ke arah sana pun tidak pernah juga.
Maka lumayan panjang perdebatan antara Abu Bakar dan Umar seputar boleh tidaknya menyusun mushaf 30 juz lengkap dan urut. Abu Bakar ngotot tidak mau melakukannya. Sebab sama sekali tidak ada perintah atau pun isyarat apa pun dari Nabi SAW.
Istilah yang digunakan adalah: "Allah SWT melapangkan dada Abu Bakar"
Melapangkan? Ya melapangkan. Maksudnya tidak lain adalah berbaliknya cara pandang Abu Bakar, dari yang awalnya memandang itu sebagai bid'ah dan haram, menjadi lebih objektif, positif, moderat dan jernih.
Akhirnya Abu Bakar bisa melihat sisi positifnya penyusunan mushaf dan menjadikannya projek besar yang fenomenal.
Lucunya ketika Abu Bakar dan Umar, sebagai dua orang paling ahli dalam agama Islam, meminta Zaid bin Tsabit untuk melakukannya, ternyata reaksi Zaid pun menolak mentah-mentah. Alasannya sama, apa urusannya melalukan pekerjaan yang sama sekali Nabi SAW tidak pernah memerintahkannya, bahkan mengisyaratkan pun tidak pernah juga.
Zaid malah berkilah, perintahkan saja dia untuk memindahkan gunung Uhud. Itu lebih logis dan pasti akan dilaksanakan, ketimbang menyusun mushaf yang sangat tidak sejalan dengan apa yang mereka alami selama bersama Rasulullah.
Kalau pakai bahasa anak alay sekarang, seandainya perbuatan itu baik, pastilah Nabi SAW sudah melalukannya.
Faktanya, Nabi SAW wafat dan sama sekali tidak meninggalkan mushaf sebagaimana yang kita kenal sekarang. Juga tidak pernah memerintahkannya. Bagaimana mungkin tiba-tiba kita melakukan sesuatu yang sama sekali tidak Beliau perintahkan?
Statusnya jelas-jelas 100% bid'ah. Namun sejarah mencatat bahwa seluruh umat Islam tanpa kecuali menerima mushaf 30 juz, sepanjang 14 abad ini. Belum pernah ada pihak yang mengharamkan mushaf ini. [Source: Status Facebook Ahmad Sarwat]
Senin 2 September 2019
Sebab di zaman Nabi SAW tidak ada. Yang ada cuma lembaran kulit yang ditulisi ayat Al-Quran. Kadang ditulis di pelepah kurma, tulang atau batu pipih.
Sedangkan mushaf lengkap 30 juz yang ditata urutannya mulai dari surat Al-Fatihah, Al-Baqarah, Ali Imran sampai An-Nas, jelas tidak pernah ada sebelumnya.
Bahkan sebagaimana komentar Abu Bakar pada awalnya, Nabi SAW sendiri tidak pernah memerintahkan untuk menyusun mushaf 30 juz lengkap. Memberi isyarat ke arah sana pun tidak pernah juga.
Maka lumayan panjang perdebatan antara Abu Bakar dan Umar seputar boleh tidaknya menyusun mushaf 30 juz lengkap dan urut. Abu Bakar ngotot tidak mau melakukannya. Sebab sama sekali tidak ada perintah atau pun isyarat apa pun dari Nabi SAW.
Istilah yang digunakan adalah: "Allah SWT melapangkan dada Abu Bakar"
Melapangkan? Ya melapangkan. Maksudnya tidak lain adalah berbaliknya cara pandang Abu Bakar, dari yang awalnya memandang itu sebagai bid'ah dan haram, menjadi lebih objektif, positif, moderat dan jernih.
Akhirnya Abu Bakar bisa melihat sisi positifnya penyusunan mushaf dan menjadikannya projek besar yang fenomenal.
Lucunya ketika Abu Bakar dan Umar, sebagai dua orang paling ahli dalam agama Islam, meminta Zaid bin Tsabit untuk melakukannya, ternyata reaksi Zaid pun menolak mentah-mentah. Alasannya sama, apa urusannya melalukan pekerjaan yang sama sekali Nabi SAW tidak pernah memerintahkannya, bahkan mengisyaratkan pun tidak pernah juga.
Zaid malah berkilah, perintahkan saja dia untuk memindahkan gunung Uhud. Itu lebih logis dan pasti akan dilaksanakan, ketimbang menyusun mushaf yang sangat tidak sejalan dengan apa yang mereka alami selama bersama Rasulullah.
Kalau pakai bahasa anak alay sekarang, seandainya perbuatan itu baik, pastilah Nabi SAW sudah melalukannya.
Faktanya, Nabi SAW wafat dan sama sekali tidak meninggalkan mushaf sebagaimana yang kita kenal sekarang. Juga tidak pernah memerintahkannya. Bagaimana mungkin tiba-tiba kita melakukan sesuatu yang sama sekali tidak Beliau perintahkan?
Statusnya jelas-jelas 100% bid'ah. Namun sejarah mencatat bahwa seluruh umat Islam tanpa kecuali menerima mushaf 30 juz, sepanjang 14 abad ini. Belum pernah ada pihak yang mengharamkan mushaf ini. [Source: Status Facebook Ahmad Sarwat]