Penulis: Nur Romdlon
Selasa 15 Oktober 2019
Atorcator.Com - Alkisah di negeri 1001 malam ada unta yang bisa berbicara
dengan manusia. Unta tersebut adalah milik tokoh cerdik yang amat terkenal saat
itu, yakni Tuan Jambul alias Abu Nawas. Julukan Tuan Jambul ini disematkan
karena kebiasaan Abu Nawas yang suka memotong rambutnya dengan model jambul.
Pada suatu hari, Abu Nawas mengajak untanya untuk pergi
mengembara. Setelah berpamitan terlebih dahulu kepada istrinya, berangkatkah ia
dengan si unta lengkap dengan perbekalannya. Mulailah ia menyusuri gurun pasir
yang gersang dan panas sekali di siang hari. Apabila malam tiba dingin yang
luar biasa menusuk sampai ke tulang.
Perjalanan yang cukup jauh membuat Abu Nawas dan untanya
merasa kelelahan. Di bawah mentari dekat pohon kaktus, mereka berdialog.
"Tuan, apakah perjalanan kita masih jauh?"
"Iya, kita harus melewati dua gurun pasir lagi. Setelah
itu kita baru akan tiba di sebuah desa terdekat. Setelah sampai di desa itu
kita baru bisa beristirahat lebih lama di sebuah penginapan yang aman dan
nyaman," jawab Abu Nawas.
Setelah beberapa waktu beristirahat, keduanya mulai
melanjutkan perjalanan kembali. Siang sudah berubah menjadi gelap, tanda malam
telah tiba. Abu Nawas pun menghentikan perjalanannya untuk sementara. Ia
mendirikan sebuah tenda untuk berteduh dan tidur sepanjang malam itu. Tapi
malang bagi si unta, ia tak diizinkan oleh majikannya tidur di dalam tenda
karena tendanya memang kecil.
Abu Nawas di dalam tidur dengan nyenyaknya. Sementara unta
tak bisa tidur lantaran kedinginan. Ia mulai berpikir kalau terus begini pasti
dia esok akan sakit dan tak bisa melanjutkan perjalanan.
Tengah malam si unta membangunkan majikannya dan berkata,
"Tuan, saya kedinginan. Izinkan saya menitipkan ujung kaki saya masuk ke
dalam tenda." Abu Nawas pun merasa tidak berkeberatan karena ujung kaki
itu tidak akan mengganggu tidurnya.
Setelah satu jam, si unta berkata lagi, "Tuan, saya
kedinginan. Izinkan saya memasukkan kaki depan saya ke dalam tenda agar besok
saya kuat berjalan membawa tuan di atas punggung saya."
"Benar juga," pikir Tuan Jambul. Ia pun
mengizinkan.
Satu jam lagi si unta berkata lagi, "Tuan hidung saya
mulai berair, besok saya akan sakit dan tidak bisa membawa tuan di atas
punggung saya. Izinkan kepala saya berada di dalam tenda."
Demikianlah jam demi jam berlalu hingga akhirnya Tuan Jambul
tak menyadari jika sekarang ia tidur di luar tenda. Ia pun merasa menggigil
kedinginan. Sampai paginya, ia baru menyadari jika dirinya tidur di luar.
Melihat untanya masih nyenyak di dalam, si majikan pun membangunkan dan
menanyainya kenapa ia tidur di luar sementara unta malah di dalam tenda.
Unta pun bangun. Ia tersenyum sambil menggosok-gosok
matanya. Dijawabnya pertanyaan Tuan Jambul tadi dengan santai, "Saya kan
tidak mengusir Tuan. Saya sudah meminta izin terlebih dahulu kepada Tuan. Tuan
juga memperbolehkan anggota tubuh saya masuk ke dalam tenda. Ini saya lakukan
agar hari ini saya kuat menggendong Tuan di atas punggung saya untuk
melanjutkan perjalanan."
Sambil bersin-bersin, Tuan Jambul berkata, "Kau memang
unta cerdik. Aku yang biasa dikenal orang paling cerdik ternyata masih bisa kau
kalahkan."
Si Unta pun menjawab dengan merendahkan diri, "Saya
begini kan karena berguru pada Tuan."[Brilio]