Kamis 17 Oktober 2019 / 22: 04
Suara |
Atorcator.Com - Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) menyinggung soal operasi
tangkap tangan (OTT) Wali Kota Medan Tengku Dzulmi Eldin yang dilakukan KPK.
JK mengapresiasi kinerja KPK yang kini tengah rajin
melakukan OTT, namun ia berharap jangan sampai membuat sebuah ketakutan.
JK mengungkapkan kalau efek dari getolnya KPK melakukan OTT
ialah banyak orang di daerah yang takut untuk mengambil keputusan. Padahal,
menurutnya orang-orang di daerah tidak perlu takut, asalkan penghitungan
anggarannya sesuai dengan kebutuhan.
"Sebenarnya enggak usah takut, harusnya pakai
perhitungan dulu yang pas. Apalagi di daerah, kita apresiasi KPK hari ini,
nangkep Wali Kota Medan," kata JK saat berpidato pada acara Dialog Bersama
100 Ekonom di Hotel Westin, Jakarta Selatan, Kamis (17/10/2019).
"(Pemberantasan) itu perlu, tapi, ada efeknya
ketakutan. Ada baiknya tapi kehati-hatianya keterlaluan," sambungnya.
JK mengambil contoh ketakutan tersebut terjadi di yang
dirasakannya ketika mengunjungi pelabuhan di Batam sebulan yang lalu. JK
melihat pelabuhannya sudah tidak baik, bahkan ongkos untuk pengiriman barang
dengan jarak 20 mil ke Singapura lebih mahal daripada ke Jakarta.
JK pun meminta pengelola untuk membeli crane agar
mempermudah revitalisasi pelabuhan. Akan tetapi JK malah diminta untuk
dibuatkan keputusan presiden (keppres) karena takut dianggap menyelewengkan
anggaran.
"Saya minta beli crane paling mahal dan baik.
Tapi saya diminta Keppres buat beli crane," ujarnya.
JK mengungkap ketakutan itu justru berimbas kepada
pembangunan di daerah. Meski demikian, JK meminta kepada seluruhnya untuk tidak
mengamini korupsi dibenarkan. Ia meminta tetap fokus bekerja yang lebih baik ke
depan.
"Tapi kita enggak excuse soal itu. Kita harus
bekerja lebih baek ke depan," tandasnya
"Harapan saya ya ketika peristiwa pemecatan beberapa
anggota TNI ini hendaknya juga menjadi instrospeksi, menjadi kritik membangun
agar komandan-komandannya yang berdarah-darah ini juga dihukum diadili. Jangan
hanya prajurit yang diadili dihakimi tapi komandannya tidak. [Source: Suara]