Atorcator.Com -
Detasemen Khusus 88/ Antiteror Polri menangkap 22 orang terduga
teroris di sejumlah wilayah. Penangkapan dilakukan mulai 10-14 Oktober 2019
atau sejak peristiwa penusukan terhadap Menko Polhukam Wiranto di Alun-alun
Menes, Kabupaten Pandeglang.
"Penangkapan terduga terorisme 10-14 Oktober 2019 ada 22 tersangka. Densus masih berada di lapangan," ujar Karopenmas Mabes Polri Dedi Prasetyo saat konferensi pers di Kantornya, Jakarta, Senin (14/10).
"Penangkapan terduga terorisme 10-14 Oktober 2019 ada 22 tersangka. Densus masih berada di lapangan," ujar Karopenmas Mabes Polri Dedi Prasetyo saat konferensi pers di Kantornya, Jakarta, Senin (14/10).
Dedi mengungkapkan saat ini Tim Densus 88 gencar melakukan upaya mitigasi guna mencegah kelompok terorisme melakukan aksi amaliahnya.
Pascapenyerangan terhadap Menko Polhukam Wiranto, Kamis (10/10), Tim Densus 88 menangkap tiga terduga teroris di wilayah Banten. Mereka berinisial SA alias Abu Rara, FA, dan RA. Pada hari yang sama, dilakukan penangkapan terduga teroris dengan inisial WBN alias Budi di Bandung.
Keesokan harinya, Tim Densus 88 bergerak ke wilayah Bali, Sulawesi Utara, Jambi, dan Cengkareng. Di Bali, tim Densus 88 menangkap AP dan ZA. Keduanya merupakan ayah dan anak. Dedi mengatakan, AP memiliki peran sebagai koordinator untuk melakukan penyerangan. Dalam penangkapan ini, turut diamankan sejumlah barang bukti seperti busur panah.
Sementara di Kabupaten Minahasa, Sulawesi Utara, ditangkap terduga teroris dengan inisial S alias Jack Sparrow. Dedi menuturkan S menjadi bagian dari Mujahidin Indonesia Timur (MIT).
"Rencana untuk melakukan jihad di Papua. Yang bersangkutan [S] memiliki kemampuan untuk merakit dan membuat bom," tambah Dedi.
Di jambi pada Jumat (15/10), Tim Densus 88 menangkap R alias Putra alias Pedagang Berdebu. Dedi berujar kelompok R tidak memiliki struktur yang baik di lapangan. Namun, di media sosial mereka bergerak sistematis.
"Dia tidak harus secara langsung atau fisik, tapi intensitas kontak di media sosial itu sistematis dan terstruktur. Apa pun yang ingin mereka lakukan, mereka menyampaikan di media sosialnya. Baik menggunakan telegram maupun yang lain," ucapnya. [Source: CNN]