Penulis: Ahmad Z. El-Hamdi
Sabtu 19 oktober 2019
Asssalamu-alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Bapak Jokowi dan KMA, pertama kali, ijinkan saya
menyampaikan selamat kepada Bapak berdua yang akan segera dilantik
sebagai Presiden dan Wakil Presiden RI untuk masa jabatan 2019-2024. Saya tahu,
Bapak berdua saat ini sangat sibuk mempersiapkan pemerintahan baru. Jika saat
ini tak sempat membaca surat ini, saya sungguh maklum. Ini hanyalah sebuah
surat biasa, dari rakyat biasa, sekalipun jika sempat membacanya, saya sungguh
sangat bahagia.
Bapak Jokowi dan KMA yang saya muliakan, saya sengaja
menulis surat ini untuk Bapak berdua agar Bapak berdua menyadari bahwa rakyat
menginginkan Bapak berdua selalu seiring sejalan dalam menahkodai negeri ini.
Pak Jokowi memilih KMA sebagai wakilnya tentu bukan untuk sekadar memajang
fotonya. Pun Bapak KMA bersedia mendampingi Pak Jokowi tentu bukan sekedar
untuk memanfaatkannya. Bapak berdua mendapatkan amanat dari rakyat Indonesia
untuk memimpin negeri ini berdua, bukan untuk memuasi ambisi diri sendiri
sambil diam-diam mengkhianati pasangannya.
Bapak Jokowi dan KMA yang saya hormati, dengan surat ini
saya mungkin terkesan menggurui, tapi percayalah, saya adalah seorang santri
yang tahu adab kepada seorang kiai. Sekalipun demikian, saya adalah rakyat
dengan seluruh hak yang melekat dalam diri saya. Apa yang saya lakukan ini
adalah karena saya warga negara dan Bapak berdua adalah pemimpinnya. Adalah
sehat bagi kita semua jika saya sebagai rakyat tidak ketakutan kehilangan nyawa
hanya karena mengkritik pimpinannya.
Saya tidak ingin Bapak berdua sebagai penguasa merasa bisa
melakukan apa saja sehingga akhirnya jatuh pada tindakan-tindakan nista yang mengkhianati
bangsanya.
Bapak Jokowi dan KMA yang mulia, Bapak berdua tentu pernah
mendengar kisah pelantikan Abu Bakar As-Siddiq sebagai khalifah menggantikan
Rasul Muhammad. Dalam pidato pelantikannya, beliau berkata: “Sesungguhnya
aku telah diangkat sebagai pemimpin kalian meski aku bukan yang terbaik di
antara kalian. Jika aku berbuat baik, dukunglah aku. Sebaliknya, jika aku
berbuat salah, luruskanlah aku. Kejujuran adalah amanah, sedangkan dusta adalah
pengkhianatan. Kaum yang lemah menempati posisi yang kuat di sisihku hingga aku
dapat mengembalikan padanya hak-haknya. Sedangkan kaum yang kuat menempati
posisi yang lemah di sisihku hingga aku dapat mengambil darinya hak-hak orang
lain.”
Bapak Jokowi dan KMA yang terhormat, satu setengah milenium
yang lalu, bahkan seorang manusia gurun seperti Abu Bakar telah sadar bahwa
ketika seseorang diangkat menjadi pimpinan, sama sekali tidak berarti bahwa
orang itu adalah yang terbaik. Apakah Bapak Jokowi dan KMA adalah manusia
terhebat dan terbaik di negeri ini? Tentu Bapak berdua akan menjawab ‘tidak’.
Bapak berdua adalah politisi yang mendapatkan mandat kememimpinan dalam proses
politik.
Proses politik bukan perlombaan manusia hebat. Karena itu,
janganlah Bapak berdua menjadi sombong seakan Bapak berdua adalah manusia
paling mulia yang tidak mungkin salah. Karena Bapak berdua bukanlah manusia
terbaik-termulia, jangan pernah menutup hati dan telinga bahkan kepada suara
manusia yang paling rendah derajatnya.
Bapak Jokowi dan KMA yang terkasih, Abu Bakar As-Siddiq telah
memberi pelajaran kepada kita semua bahwa soal kepemimpinan adalah soal memilih
di antara dua pilihan: memegang amanat atau berkhianat. Jika Bapak berdua ingin
tetap memegang amanat, jujurlah kepada rakyat! Tepati jani! Bapak berdua
dipilih untuk memimpin kami, bukan untuk memanipulasi kami demi keuntungan
pribadi, memperkaya keluarga, kolega, para pendukung, dan para pencari untung.
Tapi jika Bapak berdua memilih untuk menjadi pengkhianat, Bapak berdua akan
berhadapan dengan kami, karena sesungguhnya di tangan kamilah kekuasaan itu
bermula. Jangankan seorang kader partai dan kiai, bahkan Abu Bakar Sahabat Nabi
pun mempersilahkan rakyatnya untuk menentangnya jika dia mengkhianati amanat
rakyatnya.
Bapak Jokowi dan KMA yang terhormat, jika pidato Abu Bakar
terasa teramat jauh, tengokla sejarah teladan kepemimpinan dari negeri ini
sendiri. Bapak berdua akan menemukan teladan keadilan pada diri seorang ratu.
Dialah Ratu Shima, seorang ratu Kerajaan Khalingga yang bertahta di masa yang
hampir bersamaan dengan kekuasaan para Khulafaur Rasyidin.
Sang Ratu sangat dicintai rakyatnya karena sanggup
menciptakan kemakmuran dan ketegasannya dalam menegakkan keadilan. Seakan
perwujudan dari pernyataan Abu bakar, dalam kekuasaan Ratu Shima, si lemah
dikuatkan, dan yang zalim dilemahkan. Keadilan itu untuk semua orang. Bahkan,
dia tidak segan-segan memotong kaki putranya sendiri hanya karena menyentuh
barang yang bukan miliknya.
Bapak Jokowi dan KMA yang tersayang, jangan baper hanya
karena ada kelompok kampret yang tak memilihmu. Bapak berdua adalah
presiden dan wakil presiden untuk seluruh rakyat Indonesia. Bahkan para golputers pun
berhak menuntut Bapak berdua karena mereka juga adalah pemilik sah negeri ini.
Kepemimpinan bukan soal berfoto di rumah-rumah kumuh, tapi soal bagaimana
menyelesaikan kemiskinan.
Kepemimpinan bukan semata-mata tentang blusukan, tapi
bagaimana memberi ketenteraman dan kemakmuran kepada semua orang. Bapak berdua
tak mungkin bisa memuaskan semua orang, tapi itu tidak bisa menjadi alasan
untuk tidak menegakkan keadilan. Selalu ingat, “Kejujuran adalah amanah;
pengkhianatan adalah dusta.”
Demikian surat dari saya, sekali lagi, selamat menjalankan
amanat rakyat sebagai Presiden Republik Indonesia 2019-2024.
Wassalam
Surabaya, 18 Oktober 2019
Ahmad Z. El-Hamdi
*Tulisan sebelumnya dimuat di islami.co