Penulis: Syaefudin Achmad
Kamis 5 Desember 2019
Viralnya ceramah Gus Muwafiq yang dianggap merendahkan kanjeng Nabi Muhammad SAW memunculkan 3 kelompok, yaitu pro, kontra, dan tengah-tengah. Kelompok yang pro adalah kelompok yang membela Gus Muwafiq dengan sederet argumen yang ilmiah berbasis kitab tarikh. Rata-rata adalah kelompok generasi muda NU. Kelompok yang kontra adalah dimotori oleh kelompok di luar NU seperti FPI, ada juga beberapa kyai NU dan habib. Mereka menganggap Gus Muwafiq telah menghina Nabi. FPI bahkan sudah melaporkan Gus Muwfiq ke polisi.
Kelompok yang pro dan kontra, pembela dan pengecam, keduanya saling adu argumen. Masing-masing kembali membuka dan membaca kitab-kitab tarikh. Kitab tarikh yang selama ini mungkin kalah populer dengan kitab-kitab fiqih dengan viralnya ceramah Gus Muwafiq kembali disentuh. Tapi ada juga yang hanya bermodal caci-maki. Meskipun sudah dijelaskan referensinya, tetap tak peduli. Caci-maki terus dilayangkan dan diblow-up seolah tidak ingin viralnya ceramah Gus Muwafiq mereda, terlebih sudah ada klarifikasi dan permintaan maaf. Salah satu orang yang mengaku ulama, bagian dari MUI sampai detik ini masih terus memprovokasi dan memblow-up Gus Muwafiq di akun twitternya.
Ada kelompok ketiga yang berlagak bijak, netral, menjadi penengah di antara kelompok yang pro dan kontra. Mungkin kelompok ini berpedoman pada sebuah kutipan hadits yang berbunyi, "khoerul umur ausatuha", "sebaik-baik perkara adalah yang tengah-tengah.
Kelompok tengah-tengah ini memberikan kritik yang tajam kepada yang pro (pembela) dan yang kontra (pengecam). Kelompok ini mengkritik kelompok yang pro karena dianggap terlalu membabi buta membela Gus Muwafiq. Kelompok ini menganggap Gus Muwafiq bersalah dan harus diingatkan, bukan malah dibela secara membabi buta. Permintaan maaf dari Gus Muwafiq dijadikan landasan untuk menyatakan bahwa beliau memang bersalah.
Kepasa kelompok yang kontra, kelompok ini juga memberikan kritik tajam. Meskipun dianggap bersalah, terlalu berlebihan jika Gus Muwafiq dituding menghina nabi dan wajib dihukumi munafik, murtad, atau kafir sebagaimana yang ditudingkan oleh kelompok yang kontra.
Kelompok tengah-tengah ini mengaku ingin persoalan yang menjerat Gus Muwafiq tidak terus menerus diblow-up. Hanya bikin gaduh dan antar umat Islam saling berselisih. Kelompok ini ingin persoalan beliau disikapi dan diselesaikan secara bijaksana.
Sekilas, kelompok tengah-tengah adalah yang terbaik, tujuannya baik agar persoalan Gus Muwafiq bisa segera reda dan diselesaikan dengan penuh bijaksana dan kepala dingin. Intinya jangan sampai persoalan Gus Muwafiq membuat ummat Islam terpecah belah, saling berselisih dan berseteru, dan situasi menjadi gaduh dan memanas.
Hanya saja, kelompok tengah ini bisa menjadi kelompok yang terbaik, dibanding kelompok yang pro (pembela) dan kontra (pengecam) dengan catatan persoalan yang menimpa Gus Muwafiq berjalan secara natural dan alamiah. Dengan catatan tambahan, kelompok yang kontra ini benar-benar merasa sakit hati, bukan karena benci dengan Gus Muwafiq, bukan karena beliau orang NU.
Tapi realitanya (berdasarkan pengamatan pribadi), persoalan Gus Muwafiq ini tidak berjalan natural dan alamiah. Ada pihak yang sengaja mengatur sedemikian rupa agar cermah beliau viral. Teknik editing, potong, dan framing digunakan untuk memblow-up ceramah Gus Muwafiq. Dengan teknik ini, ceramah beliau dalam sebuah video yang telah diedit, dipotong, dan diframing macam-macam mampu membuat emosi siapapun yang menontonnya. Bagi orang yang jarang bermain media sosial, yang tak mengerti soal teknik-teknik seperti ini, biasanya akan sangat mudah emosi.
Mungkin ada yang benar-benar emosi dan tidak terima dengan Gus Muwafiq, tapi ada juga yang sebenarnya hanya pura-pura. Mereka tidak marah dan sakit hati, tapi mereka ingin pura-pura marah dan terus memblow-up persoalan ini agar terus memanas dan tidak segera mereda. Kelompok ini biasanya adalah kelompok di luar NU yang benci dengan Gus Muwafiq karena kerap disindir di ceramahnya. Gaya berdakwah kelompok mereka kerap dikritik oleh beliau.
Sebagai bukti, saat ini FPI telah melaporkan Gus Muwafiq ke polisi. Tidak ada inisiatif dari mereka untuk mencari kebenaran lewat tabayyun dan menyelesaikan persoalan dengan kepala dingin. Mereka terlihat ingin benar-benar menumbangkan Gus Muwafiq, sebagaimana saat mereka berhasil mengirim Ahok ke penjara. FPI itu muslim. Tapi cara-cara yang ditempuh dalam menyikapi persoalan tidak sesuai apa yang sudah menjadi tradisi dalam Islam, yaitu tabayyun.
Gus Muwafiq butuh dukungan moril. Jangan sampai beliau dibiarkan sendiri, menjadi bulan-bulanan FPI dan para pembencinya. Jangan sampai hal ink menjadikan beliau takut untuk menyampaikan apa yang beliau pahami, berdasarkan referensi yang beliau baca. Terlebih, Persoalan ini bukan sesuatu yang natural dan alamiah, namun diseting sedemikian rupa dengan tujuan untuk menumbangkan Gus Muwafiq.
Jika merasa hina menjadi pembela Gus Muwafiq, biarlah kami generasi muda NU yang menjadi pembela. Biarlah kami yang berlumuran dosa yang menjadi terus mendukung beliau. Biarlah Para Kyai NU dengan kedalaman ilmu dan akhlak yang menjadi oase, yang menenangkan dan mendamaikan umat. Mungkin bisa berbagi tugas. Yang muda bertugas membela Gus Muwafiq dari para pembenci NU, yang sepuh bertugas menenangkan dan mendamaikan ummat.
(SA)
Syaefudin Achmad Dosen IAIN Salatiga Asal Purbalingga Jawa Tengah
Kamis 5 Desember 2019
Ilustrasi: NU-online |
Viralnya ceramah Gus Muwafiq yang dianggap merendahkan kanjeng Nabi Muhammad SAW memunculkan 3 kelompok, yaitu pro, kontra, dan tengah-tengah. Kelompok yang pro adalah kelompok yang membela Gus Muwafiq dengan sederet argumen yang ilmiah berbasis kitab tarikh. Rata-rata adalah kelompok generasi muda NU. Kelompok yang kontra adalah dimotori oleh kelompok di luar NU seperti FPI, ada juga beberapa kyai NU dan habib. Mereka menganggap Gus Muwafiq telah menghina Nabi. FPI bahkan sudah melaporkan Gus Muwfiq ke polisi.
Kelompok yang pro dan kontra, pembela dan pengecam, keduanya saling adu argumen. Masing-masing kembali membuka dan membaca kitab-kitab tarikh. Kitab tarikh yang selama ini mungkin kalah populer dengan kitab-kitab fiqih dengan viralnya ceramah Gus Muwafiq kembali disentuh. Tapi ada juga yang hanya bermodal caci-maki. Meskipun sudah dijelaskan referensinya, tetap tak peduli. Caci-maki terus dilayangkan dan diblow-up seolah tidak ingin viralnya ceramah Gus Muwafiq mereda, terlebih sudah ada klarifikasi dan permintaan maaf. Salah satu orang yang mengaku ulama, bagian dari MUI sampai detik ini masih terus memprovokasi dan memblow-up Gus Muwafiq di akun twitternya.
Ada kelompok ketiga yang berlagak bijak, netral, menjadi penengah di antara kelompok yang pro dan kontra. Mungkin kelompok ini berpedoman pada sebuah kutipan hadits yang berbunyi, "khoerul umur ausatuha", "sebaik-baik perkara adalah yang tengah-tengah.
Kelompok tengah-tengah ini memberikan kritik yang tajam kepada yang pro (pembela) dan yang kontra (pengecam). Kelompok ini mengkritik kelompok yang pro karena dianggap terlalu membabi buta membela Gus Muwafiq. Kelompok ini menganggap Gus Muwafiq bersalah dan harus diingatkan, bukan malah dibela secara membabi buta. Permintaan maaf dari Gus Muwafiq dijadikan landasan untuk menyatakan bahwa beliau memang bersalah.
Kepasa kelompok yang kontra, kelompok ini juga memberikan kritik tajam. Meskipun dianggap bersalah, terlalu berlebihan jika Gus Muwafiq dituding menghina nabi dan wajib dihukumi munafik, murtad, atau kafir sebagaimana yang ditudingkan oleh kelompok yang kontra.
Kelompok tengah-tengah ini mengaku ingin persoalan yang menjerat Gus Muwafiq tidak terus menerus diblow-up. Hanya bikin gaduh dan antar umat Islam saling berselisih. Kelompok ini ingin persoalan beliau disikapi dan diselesaikan secara bijaksana.
Sekilas, kelompok tengah-tengah adalah yang terbaik, tujuannya baik agar persoalan Gus Muwafiq bisa segera reda dan diselesaikan dengan penuh bijaksana dan kepala dingin. Intinya jangan sampai persoalan Gus Muwafiq membuat ummat Islam terpecah belah, saling berselisih dan berseteru, dan situasi menjadi gaduh dan memanas.
Hanya saja, kelompok tengah ini bisa menjadi kelompok yang terbaik, dibanding kelompok yang pro (pembela) dan kontra (pengecam) dengan catatan persoalan yang menimpa Gus Muwafiq berjalan secara natural dan alamiah. Dengan catatan tambahan, kelompok yang kontra ini benar-benar merasa sakit hati, bukan karena benci dengan Gus Muwafiq, bukan karena beliau orang NU.
Tapi realitanya (berdasarkan pengamatan pribadi), persoalan Gus Muwafiq ini tidak berjalan natural dan alamiah. Ada pihak yang sengaja mengatur sedemikian rupa agar cermah beliau viral. Teknik editing, potong, dan framing digunakan untuk memblow-up ceramah Gus Muwafiq. Dengan teknik ini, ceramah beliau dalam sebuah video yang telah diedit, dipotong, dan diframing macam-macam mampu membuat emosi siapapun yang menontonnya. Bagi orang yang jarang bermain media sosial, yang tak mengerti soal teknik-teknik seperti ini, biasanya akan sangat mudah emosi.
Mungkin ada yang benar-benar emosi dan tidak terima dengan Gus Muwafiq, tapi ada juga yang sebenarnya hanya pura-pura. Mereka tidak marah dan sakit hati, tapi mereka ingin pura-pura marah dan terus memblow-up persoalan ini agar terus memanas dan tidak segera mereda. Kelompok ini biasanya adalah kelompok di luar NU yang benci dengan Gus Muwafiq karena kerap disindir di ceramahnya. Gaya berdakwah kelompok mereka kerap dikritik oleh beliau.
Sebagai bukti, saat ini FPI telah melaporkan Gus Muwafiq ke polisi. Tidak ada inisiatif dari mereka untuk mencari kebenaran lewat tabayyun dan menyelesaikan persoalan dengan kepala dingin. Mereka terlihat ingin benar-benar menumbangkan Gus Muwafiq, sebagaimana saat mereka berhasil mengirim Ahok ke penjara. FPI itu muslim. Tapi cara-cara yang ditempuh dalam menyikapi persoalan tidak sesuai apa yang sudah menjadi tradisi dalam Islam, yaitu tabayyun.
Gus Muwafiq butuh dukungan moril. Jangan sampai beliau dibiarkan sendiri, menjadi bulan-bulanan FPI dan para pembencinya. Jangan sampai hal ink menjadikan beliau takut untuk menyampaikan apa yang beliau pahami, berdasarkan referensi yang beliau baca. Terlebih, Persoalan ini bukan sesuatu yang natural dan alamiah, namun diseting sedemikian rupa dengan tujuan untuk menumbangkan Gus Muwafiq.
Jika merasa hina menjadi pembela Gus Muwafiq, biarlah kami generasi muda NU yang menjadi pembela. Biarlah kami yang berlumuran dosa yang menjadi terus mendukung beliau. Biarlah Para Kyai NU dengan kedalaman ilmu dan akhlak yang menjadi oase, yang menenangkan dan mendamaikan umat. Mungkin bisa berbagi tugas. Yang muda bertugas membela Gus Muwafiq dari para pembenci NU, yang sepuh bertugas menenangkan dan mendamaikan ummat.
(SA)
Syaefudin Achmad Dosen IAIN Salatiga Asal Purbalingga Jawa Tengah